News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pro Kontra Rizieq Shihab

Gelombang Aksi Penolakan Rizieq Shihab di Sejumlah Daerah, Disusupi Provokator Hingga Berujung Ricuh

Penulis: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aparat Polres Serang Kota mengamankan dua orang diduga provokator yang menyusup dibarisan massa aksi tolak kedatangan Rizieq Shihab di Banten

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak kepulangannya ke Indonesia dari Arab Saudi pada Selasa 10 November 2020 lalu, Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab mendapat sorotan dari publik.

Khususnya terkait dengan kerumunan massa pada acara pernikahan putrinya Najwa Shihab dengan Muhamad Irfan di Petamburan, pada Sabtu (14/11/2020) malam.

Juga acara peringatan Maulid Nabi di Petamburan, Jakarta Pusat, pada hari yang sama.

Kerumunan massa yang melibatkan Rizieq Shihab dan para simpatisannya itu kini berbuntut panjang.

Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana, dan Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriadi, dicopot dari jabatannya karena dinilai lalai dalam menegakkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Pencopotan itu tertuang dalam surat telegram Kapolri nomor ST/3222/XI/KEP/2020 tertanggal 16 November 2020.

Polda Metro Jaya juga memanggil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan beberapa pejabat lain terkait penyelenggaraan acara Rizieq itu pada Selasa (17/11/2020).

Baca juga: Anggota FPI Karang Taliwang Mataram Sukarela Turunkan Baliho Rizieq Shihab yang Masih Terpasang

Terakhir Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Tanah Abang, Sukana dibebastugaskan.

Selanjutnya, Sukana dimutasi sebagai penghulu di wilayah Jakarta Pusat.

Sukana dimutasi lantaran mengabaikan protokol kesehatan dalam proses pencatatan pernikahan putri pimpinan FPI Rizieq Shihab.

"Sukana mulai hari ini tidak lagi mendapat mandat tugas tambahan sebagai Kepala KUA. Sukana dimutasi sebagai penghulu di Kemenag (Kementerian Agama) Jakarta Pusat," kata Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin, dalam keterangan tertulis, Senin (23/11/2020).

Selain itu, muncul klaster baru penyebaran virus corona di Petamburan, Tebet dan Megamendung. Tercatat setidaknya puluhan warga di tiga lokasi ini terpapar virus corona.

Kini Rizieq Shihab kembali disorot. Spanduk dan baliho yang bergambar Rizieq Shihab dicopot aparat TNI, Satpol PP dan polisi dalam seminggu terakhir ini.

Pencopotan baliho Rizieq Shihab tersebut merupakan perintah Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman karena dinilai tak memiliki izin.

Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengatakan hingga saat ini sudah sekitar 900an baliho di wilayah DKI yang diturunkan.

Di waktu yang sama, beberapa hari terakhir muncul gelombang aksi penolakan kedatangan Rizieq Shihab di sejumlah daerah di Indonesia.

Warga menilai kedatangan Rizieq Shihab ke wilayah mereka berpotensi menimbulkan kerumunan massa yang berdampak pada penyebaran virus corona.

Catatan Tribunnews, gelombang aksi penolakan kedatangan Rizieq Shihab terjadi di beberapa daerah, bahkan ada yang berujung ricuh hingga disusupi provokator.

Baca juga: Polisi Belum Bisa Tentukan Jadwal Gelar Perkara Kasus Kerumunan Pernikahan Putri Rizieq Shihab

Pekanbaru

Sejumlah lembaga dan organisasi di Kota Pekanbaru, Riau menggelar deklarasi damai menolak kedatangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab ke Bumi Lancang Kuning.

Aksi tersebut dilakukan di depan kantor Gubernur Riau yang berada di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru, Riau, Senin (23/11/2020).

Dalam aksi tersebut, beberapa organisasi yang ikut serta di antaranya Nahdlatul Ulama (NU), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pemuda Pancasila (PP), Projo Riau, Misuri, dan lain-lain.

Tak hanya menggelar deklarasi, sejumlah perwakilan dari organisasi-organisasi itu juga membubuhi tanda tangan sebagai bentuk dukungan menolak kedatangan Rizieq Shihab.

Dari aksi tersebut, ada beberapa poin yang kemudian disuarakan. Antara lain menolak dengan tegas bentuk paham dan gerakan radikalisme yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Lalu, menolak tegas segala bentuk ujaran kebencian, fitnah, adu domba serta kata-kata yang bertentangan dengan etika, nilai-nilai budaya dan norma-norma yang berlaku.

Terakhir, menolak kedatangan tokoh-tokoh radikal di Bumi Lancang Kuning.

Saat berlangsungnya deklarasi damai menolak kedatangan pemimpin FPI Rizieq Shihab itu, tiba-tiba datang sekelompok orang yang mengaku sebagai anggota FPI Kota Pekanbaru.

Mereka tidak terima dengan aksi deklarasi sejumlah lembaga dan ormas tersebut yang menolak kedatangan Rizieq Shihab.

Anggota FPI tampak terlibat saling dorong dengan salah satu peserta aksi deklarasi damai tersebut.

Polisi yang bertugas mengamankan jalannya aksi tersebut lantas melerainya.

"Saya FPI," kata seorang pria yang mengenakan peci dan kacamata hitam dengan keras dan lantang.

"Takbir, Allahuakbar," sahut anggota FPI lainnya.

Aksi para anggota FPI itu lantas dipukul mundur oleh pihak kepolisian.

Seorang pria lain dari massa FPI yang tak menyebutkan namanya lantas memberikan pernyataan.

"Tidak ada Islam radikal. Tidak ada satu agama pun yang radikal di Indonesia. Yang radikal itu di luar negeri, bukan Indonesia, apalagi Kota Pekanbaru. Kita ini bersatu," ujar pria yang mengenakan peci putih itu.

Selanjutnya, polisi meminta kelompok massa FPI itu untuk membubarkan diri.

Meski akhirnya bubar, namun sempat terjadi adu mulut antara anggota FPI dengan polisi.

Sementara itu, Ketua Nahdlatul Ulama Provinsi Riau, Rusli Ahmad, mengatakan keluarga besar NU Provinsi Riau bersama seluruh tokoh agama, adat, dan ormas yang berjumlah 45 elemen menggelar aksi damai dalam rangka menyampaikan pernyataan sikap.

Bahwa pihaknya beserta elemen masyarakat lainnya menginginkan sebuah ketenangan, kesejukan dan kedamaian.

"Karena itu, kami bersepakat menyampaikan dukungan penuh kepada pemerintah dan TNI untuk melakukan tindakan tegas terhadap oknum-oknum atau orang-orang yang mencoba mencabik-cabik kesatuan dan persatuan bangsa," kata Rusli kepada wartawan Kompas TV Sawino Ardi, Senin (23/11/2020).

"Juga kami bersepakat untuk menyampaikan menolak kedatangan Habib Rizieq beserta kawan-kawannya ke Bumi Lancang Kuning ini."

Baca juga: Maman Imanulhaq Nilai Pencopotan Kapolda Terkait Kerumunan Acara Habib Rizieq Harus Jadi Peringatan

Surabaya

Aksi demonstrasi menolak Habib Rizieq dan Front Pembela Islam (FPI) di Surabaya, Jawa Timur berakhir ricuh.

Dari informasi yang dihimpun, awalnya sekelompok orang menamakan diri Aliansi Arek Suroboyo menggelar aksi di depan Gedung Grahadi pada Selasa (24/11/2020) siang.

Mereka menggelar spanduk penolakan terhadap Habib Rizieq Shihab.

Setelah melakukan unjuk rasa mereka memasang spanduk penolakan FPI di Jalan Gubernur Suryo.

Tak lama kemudian, sekelompok orang datang dan mencoba melepas spanduk tersebut.

Tidak terima, massa dari Aliansi Arek Suroboyo menyambangi orang-orang itu.

Kedua kelompok terlibat debat mulut hingga bentrok fisik.

Salah satu massa dari Aliansi Arek Suroboyo menyebutkan bahwa kelompok yang datang tersebut merupakan anggota FPI.

Sementara itu, Wali Laskar FPI Surabaya, Agus Fachrudi di lokasi belum mau berkomentar terkait bentrokan yang terjadi.

Karawang

Sementara itu, di lokasi terpisah, aksi puluhan pemuda di depan kantor Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (21/11/2020) lalu juga dibubarkan massa FPI.

Mereka menggelar aksi untuk menuntut agar Habib Rizieq Shihab diproses secara pidana terkait pelanggaran protokol kesehatan di sejumlah kegiatannya.

Namun, sekelompok orang menamakan dirinya Aliansi Kerakyatan Anti Makar (AKAM) itu pun panik ketika para anggota Front Pembela Islam (FPI) dan masyarakat datang secara tiba-tiba.

Selanjutnya, Saat massa dengan mobil komando antusias menggelar aksi di depan gerbang kantor Pemda, tiba-tiba datang sekelompok massa lain.

Mereka adalah para anggota FPI serta masyarakat berpakaian sipil.

Massa FPI yang mendekat ke arah para peserta aksi, membuat orator diam dan demonstran lainnya panik.

Massa FPI menuding, demonstran itu hanya pesanan yang berisi fitnah kepada Habib Rizieq Shihab.

Terlebih, dalam aksi itu, Habib Rizieq dinarasikan akan melakukan makar.

Baca juga: FPI Bubarkan Massa Deklarasi Anti Makar di Karawang, Ada Aksi Kejar-kejaran & Nyaris Adu Pukul

Akibatnya, demo itu dibubarkan.

Peserta aksi pun panik dan kalang kabut.

Mobil komando yang digunakan demonstran segera pergi, diikuti peserta demo lainya.

Dari video yang beredar, tampak sejumlah anggota FPI dan masyarakat terlihat mengejar peserta aksi itu.

Pengurus DPW FPI Karawang, Abu Fatih mengungkapkan, aksi pembubaran itu dilakukan lantaran tema yang diangkat provokatif.

Anggota FPI juga kecewa karena pemimpin mereka dianggap melakukan makar, padahal kenyataannya tidak demikian.

"Umat Islam Karawang merasa bahwa tema itu kurang pas itu. Habib Rizieq makarnya gimana, kan selama ini kami tidak melakukan makar. Selama ini kami tidak punya musuh siapa-siapa. Musuh kami hanya kezaliman, ketidakadilan dan kemunkaran," ujarnya.

FPI bubarkan aksi anti makar di Karawang, Jawa Barat (YouTube/ Kompas TV)

Saat pengusiran terjadi, tidak terlihat ada polisi yang datang ke lokasi saat aksi pembubaran ini berlangsung.

Namun Kapolres Karawang AKBP Rama Samtama Putra mengatakan jika terdapat personel intel yang turut membubarkan kedua belah pihak.

"Kejadian begitu cepat ya 5 menit kemudian pasukan belum tiba di lokasi tetapi sudah clear, sudah tidak ada masalah, sudah kondusif," jelasnya dikutip dari Kompas tv.

Kapolres menyebut, pihaknya tidak pernah menerima aksi pemberitahuan terhadap adanya aksi itu.

Pihaknya juga terus mengimbau kepada masyarakat untuk tak membuat acara yang mengakibatkan kerumunan massa.

Sebelumnya anggota FPI Karawang yang tiba dengan sepeda motor di halaman kantor Pemda Karawang langsung membubarkan acara deklarasi yang digelar aliansi Kerakyatan Anti Makar Jawa Barat.

Sebagian anggota FPI juga mengusir mobil yang dijadikan mobil komando dalam acara deklarasi itu. Mobil yang digunakan sebagai mobil komando sendiri berhasil meninggalkan lokasi aksi.

Baca juga: Ketua FPI Pekanbaru Diciduk Setelah Bubarkan Aksi Tolak Rizieq, Polisi: Setiap Warga Bebas Bersuara

Tak hanya pengusiran, sejumlah anggota FPI juga terlihat mengejar dan berusaha memukul sejumlah peserta deklarasi yang hadir dalam acara itu.

Kegiatan deklarasi anti makar ini sendiri batal berjalan setelah sejumlah peserta meninggalkan lokasi akibat aksi pembubaran ini.

Anggota FPI yang terlibat dalam pembubaran ini menuding acara deklarasi ini menyudutkan Rizieq Shihab dengan tuduhan tak benar.

Aksi pembubaran ini sendiri tidak berlangsung lama, anggota FPI yang terlibat aksi pembubaran langsung meninggalkan lokasi begitu peserta deklarasi membubarkan diri dan meninggalkan lokasi.

Prajurit TNI menertibkan spanduk tidak berizin saat patroli keamanan di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (20/11/2020). Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman, memerintahkan jajarannya untuk mencopot spanduk dan baliho pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Banten

Aparat Polres Serang Kota mengamankan dua orang diduga provokator yang menyusup di barisan massa aksi tolak kedatangan Rizieq Shihab di Banten.

Kabag Ops Polres Serang Kota, AKP Yudha Hermawan, mengatakan mereka masuk ke barisan massa aksi, lalu, membakar spanduk dan ban bekas.

"Sehingga mengganggu konsentrasi yang menyampaikan aspirasi. Sehingga diamankan agar tidak mengganggu yang lain. Alhamdulillah masyarakat tidak terprovokasi," kata dia, ditemui di Alun-alun Barat Kota Serang, Jumat (20/11/2020).

Setelah membakar spanduk dan ban bekas, mereka lari serta melompat pagar di alun-alun Barat Kota Serang yang setinggi satu meter.

Melihat hal tersebut aparat kepolisian langsung berlari dan mengejar para pemuda itu.

Menurut dia, kedua orang itu dibawa masuk ke mobil patroli aparat kepolisian.

Baca juga: Satpol PP Kota Bekasi Pastikan Kota Bekasi Bersih dari Baliho Rizieq Shihab

Saat ini, mereka sudah sudah dibawa ke Kantor Polres Serang Kota untuk diperiksa.

"Yang diamankan bukan bagian dari massa aksi. Tadi yang aksi dari Ansor, Banser, Lapbas, Jalak. Mereka menyampaikan aspirasi dengan baik, tertib, dan menggunakan prokes," jelasnya.

Wonosobo

Puluhan warga yang tergabung dalam aliansi Garda Masyarakat Wonosobo Bersatu melakukan unjuk rasa di Taman Plaza Kota Wonosobo, Rabu (25/11/2020).

Dalam aksi tersebut, warga menyuarakan penolakan FPI dan Rizieq Shihab agar tidak masuk ke wilayah Wonosobo.

Aksi dilakukan guna mendukung Polri dan TNI dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia di seluruh penjuru negeri.

Dengan membawa spanduk utama bertuliskan menolak FPI, Rizieq Shihab dan Separatisme di Wonosobo dan Indonesia, aksi juga diwarnai pebakaran poster bergambar Rizieq Shihab.

Aparat Polres Serang Kota mengamankan dua orang diduga provokator yang menyusup dibarisan massa aksi tolak kedatangan Rizieq Shihab di Banten (TRIBUNBANTEN/MARTEENRONALDOPAKPAHAN)

Beberapa poster lain bertuliskan Rakyat Tidak Butuh FPI, Bubarkan FPI, hingga Bubarkan Radikalisme ikut dibakar.

Koordinator aksi, Muhammad Kurnianto mengatakan, unjuk rasa kali ini murni aliansi masyarakat Wonosobo untuk mendukung Polri dan TNI.

Melalui aksi tersebut, pihaknya berharap dukungannya dapat membantu langkah pemerintah daerah Wonosobo berserta Polri dan TNI untuk membekukan perizinan FPI.

"Hari ini kami lakukan aksi dengan membatasi massa karena pandemi Covid-19. Kami dengan tegas menolak FPI masuk ke Wonosobo karena bisa meresahkan masyarakat," terangnya usai aksi.

Kapolres Wonosobo, AKBP Fannky Ani Sugiharto terjun langsung ke lokasi unjuk rasa.

Dengan kawalan ketat dari kepolisian, aksi berlangsung tak lama dan segera dibubarkan.

AKBP Fannky mengatakan, demo tersebut berkaitan dengan adanya penurunan baliho Rizieq Shihab yang terjadi di beberapa daerah.

Masyarakat mendukung penuh langkah Polri dan TNI untuk terus menegakkan keutuhan NKRI khususnya di wilayah Wonosobo.

"Ini murni dari aliansi masyarakat Wonosobo," terangnya.

Tak berselang lama setelah Kapolres turun di lokasi, peserta unjuk rasa dibubarkan oleh kepolisian.

AKBP Fannky dengan tegas mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19, semua kegiatan yang mengumpulkan massa di wilayah Wonosobo harus dibubarkan.

Pihaknya tetap tegas menegakkan undang-undang kesehatan selama pandemi Covid-19 belum berakhir.

"Kami jelas dengan situasi Covid-19, (aksi) harus kami bubarkan, apapun bentuknya yang mengumpulkan massa.

Intinya kita tegakkan pencegahan penyabaran Covid-19," tegasnya. (Tribunnews.com/Endra Kurniawan)  (kompas tv/Tito Dirhantoro) (Tribunbanten.com) (Tribunjateng.com/Saiful Ma'sum)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini