Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meminta aparat penegak hukum untuk fokus terhadap penyelesaian kasus-kasus besar hingga tuntas, tanpa melakukan pengalihan.
Hal tersebut disampaikan Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKS Bukhori Yusuf ketika diminta tanggapan soal temuan kotak amal yang digunakan untuk kegiatan teroris.
"Pelanggaran dan kriminal besar-besar dulu itu diutamakan," ucap Bukhori saat dihubungi, Jakarta, Jumat (18/12/2020).
Ia menjelaskan, kasus besar tersebut di antara penembakan enam masyarakat sipil yang merupakan anggota FPI oleh Polisi di Tol Jakarta - Cikampek, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kotak Amal Jadi Pendanaan Teroris, Baznas Dukung Penegakan Hukum oleh Polri
"Lalu korupsi para begawan politik di Kemensos dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kemudian kriminalisasi tokoh agama seperti HRS (Habib Rizieq Shihab)," papar Bukhori.
Sebelumnya, Kepolisian RI membeberkan rincian jumlah kotak amal milik Yayasan Abdurrahman Bin Auf (ABA) yang diduga menjadi sumber pendanaan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Kadiv Humas Polri Argo Yuwono mengatakan kotak amal itu tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Hal tersebut diketahui berdasarkan keterangan dari tersangka Fitria Sanjaya alias Acil.
Baca juga: Dua Tipe Yayasan Terafiliasi Organisasi Teroris Jamaah Islamiyah Kerap Mencari Dana dari Kotak Amal
"Ini berdasarkan keterangan tersangka Fitria Sanjaya alias Acil dari Yayasan Abdurrahman Bin Auf (ABA) tentang jumlah kotak amal yang ada," kata Argo dalam keterangannya, Kamis (17/12/2020).
Dalam data yang disebarkan Polri, ada belasan ribu kotak yang tersebar di 12 kota/provinsi di Indonesia. Kotak amal tersebut diduga milik Yayasan Abdurrahman Bin Auf (ABA) yang ditempatkan di sejumlah titik minimarket.
Baca juga: Polisi Beberkan Ciri-ciri Kotak Amal yang Diduga Jadi Sumber Pendanaan Organisasi Teroris JI
Perihal jumlah sebaran kotak amal yayasan ABA sebagai berikut :
1. Sumatera Utara : 4000 kotak
2. Lampung : 6000 kotak
3. Jakarta : 48 kotak
4. Semarang : 300 kotak
5. Pati : 200 kotak
6. Temanggung : 200 kotak
7. Solo : 2000 kotak
8. Yogyakarta : 2000 kotak
9. Magetan : 2000 kotak
10. Surabaya : 800 Kotak
11. Malang : 2500 kotak
12. Ambon : 20 kotak
Tanggapan Kemenag
Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin angkat bicara terkait kepolisian yang menemukan adanya kotak amal yang diduga terkait dengan gerakan terorisme.
Ia memastikan akan memberikan sanksi jika terbukti ada penyalahgunaan wewenang.
“Lembaga yang menyalahgunakan wewenang, pasti disanksi. Tapi, masyarakat tidak perlu kuatir karena banyak Laziswaf profesional dan terpercaya di Indonesia,” terang Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin di Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Kamaruddin juga menegaskan, selama ini banyak Lembaga Amil Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (Laziswaf) terpercaya yang bisa menjadi pilihan masyarakat dalam menyalurkan amal sosialnya.
“Kami imbau masyarakat bisa menyalurkan amal sosialnya melalui laziswaf yang terpercaya, kredibel, dan profesional,” lanjutnya.
Baca juga: Dua Tipe Yayasan Terafiliasi Organisasi Teroris Jamaah Islamiyah Kerap Mencari Dana dari Kotak Amal
Menurut Kamaruddin Amin, potensi penerimaan zakat nasional mencapai Rp230 triliun. Sementara realisasinya baru 3,5% atau sekitar Rp8 triliun.
Sekretaris Ditjen Bimas Islam M. Fuad Nasar menambahkan, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sudah dibentuk di tingkat pusat dan di 34 provinsi di Indonesia.
Selain itu, BAZNAS juga ada di 463 Kab/Kota. Sementara itu, ada 81 Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sudah mendapat izin legalitas dari Kementerian Agama.
Baca juga: Pemilik Warung di Jakarta Selatan Tidak Menyangka Kotak Amal yang Dititipkan Milik Terduga Teroris
"Dalam hal pembinaan dan pengawasan oleh Kementerian Agama juga telah dilakukan audit kepatuhan syariah dan adanya akreditasi bagi pengelola zakat secara rutin dan berkala," ujar Fuad.
Selain itu, di Indonesia juga ada 247 Lembaga Nazhir Wakaf Uang yang berada di bawah pembinaan dan koordinasi Badan Wakaf Indonesia (BWI). Sebanyak 160 lembaga berbentuk Koperasi Syariah & Baitul Mal wa Tamwil (BMT), 46 lembaga berbentuk Yayasan, 27 lembaga memiliki induk pada Lembaga Amil Zakat (LAZ), tujuh lembaga Berbasis Organisasi Masyarakat & Komunitas, dan tujuh lembaga berbentuk Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi dan Kampus.
“Jadi ada banyak pilihan masyarakat untuk bisa menyalurkan zakat, infak, sedekah, dan wakafnya melalui lembaga yang kredibel,” jelas Fuad Nasar yang sebelumnya menjabat Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf.
Kotak amal di Warung Soto
Pemilik warung soto di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, mengungkapkan jumlah uang di kotak amal milik terduga teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang disita polisi.
AM, pemilik warung soto tersebut, mengatakan kotak amal itu belum terisi banyak uang.
"Cuma sekitar Rp 20 ribuan lah isinya," kata AM saat ditemui di lokasi, Rabu (16/12/2020).
Sebab, menurut AM, kotak amal tersebut belum lama dititipkan pelaku di warungnya.
Baca juga: Ada Dugaan Kotak Amal untuk Danai Teroris, Polda Bali Langsung Lakukan Penyelidikan
Baru tiga hari dititipkan, polisi sudah menyita kotak amal itu dan menangkap pemiliknya.
"Memang (kotak amal) itu belum lama ditaruh di sini. Baru tiga hari, isinya juga dikit kan. Tahu-tahu baru tiga hari sudah diambil polisi," ujar dia.
Ia tak menyangka salah satu kotak amal yang diletakkan di meja pembeli adalah milik terduga teroris JI.
Pasalnya, pelaku merupakan salah satu pelanggan setia di warung soto tersebut.
"Nggak nyangka saya kalau dia itu ini lah (terduga teroris)," kata pemilik warung berinisial AM saat ditemui di lokasi, Rabu (16/12/2020).
Menurut AM, pelaku juga berpenampilan seperti orang-orang pada umumnya. Nggak ada yang aneh sama sekali. Ngomong pun juga biasa saja," ujar dia.
Polisi menyita sebuah kotak amal yang diduga milik kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di salah satu warung soto di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
Menurut pemilik warung soto berinisial AM, penyitaan kotak amal itu terjadi pada November 2020.
Ia mengaku tak ingat tanggal pasti saat polisi menyita kotak amal.
"Yang jelas (penyitaan kotak amal) itu bulan lalu hari Jumat, tanggalnya saya lupa. Harinya saya ingat karena itu habis Jumatan," kata AM saat ditemui di lokasi, Rabu (16/12/2020).
AM menjelaskan, hari itu sebanyak enam anggota polisi berpakaian preman mendatangi warungnya.
Mereka bersikap seperti biasa layaknya pembeli, memesan makanan dan minuman.
"Biasa saja pesan soto, minum. Makan saja mereka seperti biasa," ujar AM.
Di sela-sela menyantap makanannya, kata AM, polisi memperhatikan satu per satu kotak amal yang ada di warung soto miliknya.
Ada empat kotak amal yang ada di meja pembeli di warung soto tersebut, termasuk milik terduga teroris.
"Habis mereka makan baru ngomong soal kotak amal. "Kotak amal ini kita bawa ya'. Kata polisinya begitu," ucap AM.
"Saya tanya, bapak dari mana? 'Dari Mabes Polri, ini ada hubungannya sama teroris', kata dia begitu," tambahnya.
Begitu tahu orang yang ingin menyita kotak amal itu adalah polisi, AM pasrah dan tidak menghalangi pihak yang berwenang.
AM mengungkapkan, mulanya pelaku merupakan salah satu pembeli di warung soto miliknya.
Pelaku bahkan sudah menjadi pelanggan setia di rumah makan tersebut.
Sekira September hingga November 2020, pelaku sering membeli makanan di warung soto tersebut.
"Seminggu itu bisa empat sampai lima kali dia beli makan di sini, dan belinya tuh banyak," kata AM saat ditemui di lokasi, Rabu (16/12/2020).
Sekali beli, jelas AM, pelaku bisa memborong hingga sembilan porsi soto.
"Dia nggak makan di sini, selalu dibungkus," ujar dia.
Menurut AM, pelaku juga memintanya untuk menyediakan mangkuk khusus dengan alasan di kantornya tidak ada peralatan makan.
AM dan suaminya menyetujui permintaan pelaku. Yang jadi pertimbangan, pelaku merupakan pelanggan setia.
"Ya karena dia sering beli di sini, beli banyak juga, ya akhirnya kita sediakan mangkuk plastik. Tapi bukan sterofoam ya, karena takut mengubah rasanya kan," tutur AM.
Setelah hampir tiga bulan menjadi pelanggan, baru lah pelaku mengutarakan niatnya untuk menitipkan kotak amal.
"Dia bilang, 'bu saya titip kotak amal ya di sini'. Saya sempat mau tolak karena di sini kan sudah banyak kotak amal. Sudah ada tiga," kata dia.
Namun, pada akhirnya AM tetap mengizinkan pelaku untuk menitipkan kotak amalnya.
"Tapi baru tiga hari di sini, kotak amalnya sudah diambil polisi. Orangnya juga sudah ditangkap katanya," ujar AM.
Kotak amal yang "dititipkan" di rumah makan tersebut berbeda dengan kotak amal pada umumnya.
Biasanya kotak amal yang disebar berbentuk kotak terbuat dari kaca dan aluminium.
Namun, di warung soto ini, kotak amal tersebut berbentuk seperti kaleng susu.
Di kotak amal tersebut tertulis nama Lembaga Amil Zakat Abdurrahman bin Auf. Selain itu juga terdapat tulisan ajakan untuk bersedekah.
"Ringan beban hidup dengan bersedekah," demikian bunyi tulisan di kotak amal tersebut.
"Barang siapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya, hendaklah dia membantu (menyelesaikan) kesulitan orang lain."
Sebelumnya, berdasarkan data Mabes Polri, 13 ribu kotak amal yang tersebar di Indonesia digunakan sebagai media pendanaan kelompok teroris.
Empat ribu kotak amal di antaranya berada di wilayah Lampung.