TRIBUNNEWS.COM - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut vaksin virus corona asal China, Sinovac, layak untuk dinantikan.
Pasalnya, vaksin tersebut bekerja sama dengan PT Bio Farma dan sudah berada di Indonesia.
Hal itu disampaikan Dicky dalam diskusi daring bertajuk 'Indonesia Siap-siap Vaksinasi' pada Sabtu (19/4/2020).
"Kita tentu berharap (vaksin) yang terbaik dan Sinovac itu layak ditunggu."
Baca juga: Menko PMK Tekankan Pentingnya Unsur Keamanan dan Efektivitas Vaksin Covid-19
"Karena (sudah) ada di kita, artinya kemungkinan produksinya lebih mudah," kata Dicky.
Dicky juga berharap masyarakat mempercayakan produksi vaksin virus corona kepada PT Bio Farma.
Sebab, perusahaan pelat merah itu telah dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan riset keperluan produksi vaksin.
Terlebih, PT Bio Farma juga memiliki nama dan kapabilitas yang sudah diakui oleh dunia.
Bahkan, Dicky menyampaikan, nama Bio Farma justru lebih dikenal dibanding Sinovac itu sendiri.
"Bio Farma itu salah satu industri vaksin yang terkemuka di dunia. Saya banyak kerja sama dengan bio farma karena sudah punya nama."
Baca juga: Jokowi Jadi Orang Pertama Penerima Vaksin Corona, La Nyalla: Teladan yang Baik
"Kalau boleh jujur, dibanding Sinovac sendiri, reputasi Bio Farma jauh lebih mengglobal," terang Dicky.
Dokter lulusan FK Unpad Bandung ini menuturkan, vaksin Sinovac juga memiliki proteksi yang jauh lebih sempurna.
Hal itu bila dibandingkan dengan vaksin yang menggunaan messenger RNA atau mRNA, seperti Pfizer dan Moderna.
"Jadi kita sangat percayakan itu dan kenapa 'worth it' untuk ditunggu karena jenis vaksin yang saat ini diteliti Unpad memiliki proteksi yang jauh lebih sempurna dan lengkap dibanding messenger RNA (mRNA)," ungkapnya.
Walaupun saat kini belum ada jaminan keampuhan vaksin, Dicky menyarankan agar masyarakat mempercayai kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Baca juga: China akan Suntikkan Vaksin Sinopharm dan Sinovac kepada 50 Juta Warganya Jelang Tahun Baru Imlek
"Sikap kita saya sarankan percayakan pada Badan POM yang akan bertanggung jawab."
"Mereka orang-orang beritegritas dan sampai saat ini masih bisa kita andalkan," ujar Dicky.
Diketahui, saat ini penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia masih menunggu surat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
BPOM akan memberikan izin edar darurat vaksin atau emergency use authorization jika vaksin sudah melalui tahap uji klinis.
Menurut panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), izin edar darurat akan diterbitkan tiga bulan setelah vaksin disuntikkan ke tubuh relawan dalam proses uji klinis.
Baca juga: Pemerintah Tegaskan Tidak akan Terburu-buru Lakukan Vaksinasi Covid-19
Setelah disuntik, relawan akan dipantau dalam tiga periode, yakni setelah satu bulan, tiga bulan, dan enam bulan.
Dalam tiga periode tersebut, para peneliti akan mengumpulkan data-data, menganalisis, dan melaporkannya ke Badan POM.
Sementara, Badan POM bertugas melakukan evaluasi terkait khasiat dan keamanan vaksin, jika vaksin terbukti efektif dan aman, maka izin edar darurat akan diterbitkan.
Hasil uji klinik Sinovac keluar akhir Januari
Sebelumnya diberitakan, Tim Mikrobiologi Uji Klinis Vaksin Universitas Padjadjaran dr Sunaryati Sudigdoadi mengatakan, pengujian vaksin Sinovac baru akan rampung pada akhir Mei 2021.
Laporan mengenai efikasi, keamanan, Imunogenisitas vaksin Sinovac baru bisa dilaporkan enam bulan pasca uji penyuntingkan ke dua.
"Kita mulai uji klinis itu di bulan Agustus ya, lalu kita merekrut 1620 relawan yang memang berdasarkan schedule."
Baca juga: Bamsoet Apresiasi Biaya Vaksinasi Covid-19 Ditanggung Negara
"Secara total akan berakhir untuk melihat efikasi, keamanan, dan Imunogenisitas itu finalnya di akhir Mei," kata Sunaryati dalam diskusi Trijaya FM, Sabtu, (12/12/2020).
Meskipun rampung akhir Mei, Tim Uji Vaksin bisa melaporkan hasil evaluasi uji penyuntikan tersebut pada akhir Januari 2021.
Hal itu karena dari 1620 relawan, 540 diantaranya telah telah melewati enam bulan pasca penyuntikan ke dua.
"Karena sebetulnya kan evaluasi itu dilihat dari para relawan setelah mendapat dua kali vaksinasi."
"Itu akan dilihat imunogenisitasnya itu pada bulan ke enam setelah vaksinasi."
"Itu akan dilihat di akhir Januari, jadi tentunya dari tim uji klinik belum bisa lakukan publikasi sebelum akhir Januari," kata dia.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Gratis, Kemenkes: Tanpa Syarat Apapun
Sehingga, hasil laporan itu dapat menjadi bekal bagi BPOM untuk mengeluarkan izin edar atau penggunaan darurat atau Emergency used Authorization (EuA).
"Kita akan memberikan laporan ke BPOM tentang efikasi, keamanan, dan imunogenisitas sehingga nanti akan dinilai BPOM."
"Apakah memang sudah layak, kalau memang di periode setengahnya itu (akhir Januari) sudah bisa dilaporkan, BPOM akan mengeluarkan izin edar, untuk kemudian vaksinasi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana, Taufik Ismail)