Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Yenti Garnasih jadi saksi ahli dalam sidang Pinangki Sirna Malasari di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (18/12/2020).
Di persidangan, Yenti mengatakan siapapun yang mengalirkan uang hasil kejahatan adalah termasuk pelaku TPPU.
Sekalipun dia adalah pelaku pasif, atau hanya sebagai orang yang menerima perintah atau suruhan dari pelaku aktif.
"Siapapun yang mengalirkan adalah pelaku TPPU," kata dia.
Pasal TPPU bisa dikenakan dengan catatan, unsur subjektifnya terpenuhi. Yaitu pelaku pasif sesungguhnya tahu bahwa uang tersebut hasil kejahatan, tapi tetap menjalankan perintah tersebut.
"Kalau unsur subjektifnya bisa diberikan siapapun yang menerima uang dari itu, yang berasal dari kejahatan korupsi yang sudah dicari buktinya, akan kita buktikan di proses ini adalah pelaku pasif. Kalau yang menerima memenuhi unsur subjektifnya," ucapnya.
Diketahui jaksa Pinangki Sirna Malasari dijerat dengan dakwaan pencucian uang suap yang diterimanya dari terpidana kasus cessie Bank Bali Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra.
Uang tersebut dibelanjakan oleh Jaksa Pinangki untuk membeli mobil BMW X5, sewa apartemen hingga perawatan kecantikan di Amerika Serikat.
Pembelanjaan tersebut ditujukan untuk menyembunyikan asal-usul duit haram tersebut.
Disebutkan bahwa Pinangki menerima duit sejumlah 500 ribu dolar AS dari Andi Irfan Jaya. Duit tersebut kemudian diberikan ke Anita Kolopaking sejumlah 50 ribu dolar AS.
Dalam dakwaannya jaksa menyebut pada periode 2019-2020 Pinangki sempat akan menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaannya yang berasal dari Djoko Tjandra dengan cara menukarkan uang 337.600 dolar AS ke money changer atau senilai Rp 4,7 miliar.
Baca juga: Bersaksi di Sidang Andi Irfan Jaya, Pinangki Kembali Minta Ubah BAP
Pinangki juga meminta suaminya AKBP Napitupulu Yogi Yusuf juga menukarkan mata uang 10.000 dolar AS atau senilai Rp 147,1 juta lewat anak buahnya.
Kemudian, pada periode November 2019 hingga Juli 2020, uang tersebut dibelanjakan untuk kepentingan pribadi Pinangki.