Soal itu, Kang Maman justru meminta publik untuk besyukur, alasannya kondisi di dalam negeri malah lebih baik ketimbang negara lain.
Baca juga: Jepang Monitor Ketat Perkembangan Varian Baru Covid-19 di Inggris
Pertumbuhan ekonomi nasional tekoreksi tidak cukup dalam ketimbang India yang pertumbuhan ekonominya minus 20 persen.
Termasuk pelayanan haji indonesia yang menjadi peringkat pertama kuota haji dengan 220 ribu jamaah haji per tahunnya.
Dari kunjungan itu Kang Maman menyimpulkan bahwa ada permasalahan soal komunikasi publik dari pemerintah kepada masyarakat berkaitan dengan kebijakan politik.
Lemahnya komunikasi publik menjadi kata kunci kenapa banyak masyarakat yang masih tetap pesimis, kecewa, dan juga curiga dengan pemerintan.
Karenanya Kang Maman melalui KITA menegaskan kembali pentingnya cipta komunikasi dengan melibatkan seluruh aparatur negara dan juga tokoh masyarakat terutama agama agar menjadi garda terdepan program cipta komunikasi.
Safari politiknya itu juga menemukan pernyataan kekecewaan dari sebagian tokoh masyarakat yang ditemuinya termasuk adanya hasil penelitaian yang menempatkan Jawa Barat sebagai daerah paling intoleran berbasis agama di Indonesia.
"Ini yang perlu diklarifikasi karena bagaimana pun Jawa Barat menghasilkan kiai-kiaa dan karya-karya tulis yang justru menunjukkan kembali spirit Islam, Islam yang ramah, Islam yang toleran, dan Islam yang mencintai Indonesia," ujar Kang Maman.
Kang Maman bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pula menginisiasi penulisan biografi kiai-kiai dari Tanah Pasundan.
Penulisan buku biografi kiai-kiai berkarakter santun, kharismatik dan cerdas akan lebih mengesankan dan mengundang rasa ingin tahu dan simpati masyarakat luas sehingga ideologi radikalisme bisa dieliminasi dari wilayah Jawa Barat.