News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Kedelai Melonjak, Muhammadiyah Minta Pihak yang Lakukan Penimbunan Ditindak Tegas

Penulis: Reza Deni
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengrajin tempe di Kawasan Kampung Sawah, Johar Baru, Jakarta Pusat, membuat tempe hanya satu plastik, Sabtu (2/1/2020). Sejumlah pengrajin tempe dikawasan itu, melakukan aksi mogok produksi imbas dari harga kedelai melonjak tinggi. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammadiyah menyoroti melonjaknya harga kedelai yang berdampak pada langkanya tahu dan tempe.

Pihaknya pun meminta pemerintah mengatasi masalah ini agar dunia usaha kembali menggeliat dan tak ada pihak yang dirugikan

"Kalau ada pihak-pihak yang melakukan praktek-praktik tidak terpuji dengan melakukan penimbunan dan atau melakukan spekulasi dalam masalah perkedelaian ini, maka Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas dan menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya," kata Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Anwar Abbas, dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Senin (4/1/2021).

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pedagang Mogok, Warga Tidak Bisa Makan Tempe Orek, Jokowi Diminta Turun Tangan

Menurut Anwar, ada efek domino dari kelangkaan kedelai ini.

Pasalnya, biaya produksi yang meningkat akan sejalan lurus dengan harga jual kedelai.

Namun, hal tersebut belum sejalan lurus dengan daya beli masyarakat.

"Daya beli masyarakat tentu akan menurun sehingga keuntungan dari produsen dan pedagang tahu serta tempe tersebut akan menurun," kata Anwar.

"Kalau hal ini yang terjadi, tentu akan sangat berdampak atau  berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan para produsen dan para pedagang tahu dan tempe, serta juga kepada warga karena mereka tidak lagi mampu membeli sesuai dengan kebutuhan pokoknya," tambahnya.

Produksi tempe di Kampung Tempe, Ciputat, Tangsel, Sabtu (2/1/2021). Kenaikan harga kedelai memukul para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang memproduksi tempe di Kampung Tempe, Jalan Wahid, Ciputat, Tangsel. (Tribun Jakarta)

Sebelumnya, harga kedelai naik dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram.

Hal ini memicu terjadinya mogok kerja produsen tempe.

Seperti yang dialami seorang pedagang tempe bernama Kastera (54) yang biasa berjualan di Pasar Budi Darma, Kota Bambu Utara, Jakarta Barat.

Saat ditemui Tribunnews, ia mengaku saat ini pasokan tempe dan tahu cukup sulit, karena aksi mogok produksi yang dilakukan para produsen dua produk olahan kedelai tersebut.

"Susah sekarang, ini gara-gara kedelai naik, saya jadi susah dapat tempe dan tahu, ini adanya ya cuma oncom aja," ujar Kastera, kepada Tribunnews, Minggu (3/12/2020) pagi.

Baca juga: Mulai Hari Ini Tahu-Tempe Sudah Ada di Pasaran, tetapi Harganya Naik

Ia mengaku tidak mendapatkan tempe dan tahu sejak Jumat lalu, padahal dua produk ini banyak diminati pembelinya.

"Ini udah 3 hari dari hari Jumat kosong, yang beli juga pada nanya tapi ya bagaimana, kosong di pabriknya," jelas Kastera.

Terkait harga, biasanya ia menjual tempe per papannya sebesar Rp 5.000, sedangkan dari produsen Rp 4.000.

Namun jika terdapat kenaikan harga, nantinya ia juga akan menyesuaikan harga tersebut.

Baca juga: Harga Kedelai Melambung, Kementerian Pertanian Bakal Genjot Produksi Kedelai Lokal

"Ya saya jualnya Rp 5.000 sekarang, tapi kalau misalnya harga naik dari sananya (pabriknya), ya saya sesuaikan saja harganya," kata Kastera.

Kastera kemudian menyampaikan, dirinya telah memperoleh kabar dari pabrik yang biasa memasok tempe untuknya, bahwa para produsen itu akan mulai kembali beroperasi Senin besok.

"Tapi yang saya dengar itu besok (Senin) udah mulai produksi lagi pabriknya, jadi ya saya tunggu aja ini," pungkas Kastera.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini