Untuk itu, memasuki 2021, ia mengajak seluruh elemen masyarakat dan penyelenggara negara untuk meningkatkan moderasi beragama.
“Sikap moderat bukan berarti orang tersebut tidak kaffah dalam beragama, prilaku toleran adalah prilaku orang-orang saleh yang terdahulu. Justru karena ketakwaannya bisa memelihara kerukunan dalam bangsa yang majemuk,” paparnya.
Baca juga: Catatan untuk Gus Yaqut, Pembangunan Tempat Ibadah, Intoleransi, dan Lembaga Pendidikan di Kemenag
Chriswanto mengisahkan Sayidina Umar bin Khattab saat menaklukkan Yerusalem.
Saat itu Sang khalifah membiarkan para pemeluk Nasrani dan Yahudi tetap beribadah dan hak-haknya dijamin selama membayar pajak.
Namun, menurutnya sikap luar biasa Umar bin Khattab adalah saat Uskup Yerusalem Sophorinus, mempersilakannya salat di dalam Gereja Makam Kudus.
“Khalifah Umar menolak, dengan alasan bila ia salat di dalam gereja, dalam 100 tahun umat muslim bisa saja merobohkan gereja tersebut dan mengubahnya menjadi masjid,” imbuhnya.
Baca juga: Remaja Perempuan Penghina Pancasila di Karawang Ditangkap
Khalifah Umar kemudian salat Dzuhur beberapa ratus meter dari gereja itu, dan benar saja di atas lokasi itu, kini berdiri Masjid Umar bin Khattab.
Menurut Chriswanto, apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab adalah bentuk toleransi.
Sahabat Rasulullah itu tak ingin menzalimi umat Kristiani.
Baginya, Gereja Makam Kudus juga harus dilestarikan agar umat Kristiani bisa tetap beribadah.
Kisah keteladanan Khalifah Umar itu juga dikenang di dunia Barat, melalui buku Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk (2003) karya Karen Armstrong.