News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Pinger Black Box Lebih Mudah Ditemukan Jika Kapal Besar Bersuara Bising Menjauhi Area Terdeteksi

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas membawa kantong jenazah berisi bagian tubuh korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta Utara, Senin (11/1/2021). Tim SAR gabungan pencarian korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hingga Senin (11/1/2021) sore telah berhasil membawa 14 kantong jenazah berisi bagian tubuh korban. Tribunnews/Irwan Rismawan

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi menilai pinger yang mengeluarkan sinyal kotak hitam (black box) lebih mudah ditemukan jika kapal-kapal besar bersuara bising tidak mendekati area yang terdeteksi.

Pernyataan ini ia sampaikan berdasar pada pengalamannya dan terkait upaya pencarian black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).

Menurutnya, suara dan sinyal ping yang dikeluarkan pinger akan lebih jelas terdengar jika area tersebut steril dari suara lainnya.

Sehingga para penyelam yang membawa pinger finder bisa segera menemukan black box.

"Nah oleh karenanya salah satunya, para penyelam yang membawa pinger finder itu supaya jelas mendengar suaranya itu, tolong kapal-kapal yang besar, jangan mendekati area yang sudah dideteksi ada suara itu," ujar Tatang, dalam tayangan Kompas TV, Senin (11/1/2021).

Untuk memudahkan pencarian, Tatang menyarankan agar hanya kapal kecil atau perahu karet saja yang mendekati area tersebut.

Baca juga: Mantan Ketua KNKT: Pinger Black Box SJ-182 yang Terendam Lumpur Akan Sulit Kirim Sinyal

"Jadi cukup kapal yang kecil yang suaranya tidak begitu mengganggu di dalam air dan cukup untuk membawa perahu karet bagi si penyelam. Kapal-kapal besar sekitar situ kalau tidak terkendali, akan sulit mencari suara (pinger) itu," jelas Tatang.

Perlu diketahui, dalam pencarian black box yang menjadi bagian penting dalam proses investigasi penyebab jatuhnya pesawat, biasanya akan ada sejumlah kendala yang dihadapi, satu di antaranya medan berlumpur.

Tatang mengatakan pinger pada black box itu tentunya akan sulit ditemukan sinyal dan bunyinya jika terendam lumpur.

"Pasti kesulitan ya, kalau yang namanya pinger itu yang mengeluarkan sinyal ping ping, akan kesulitan kalau dia terendam lumpur," kata Tatang.

Kendati demikian, pinger masih bisa mengirimkan sinyal black box selama masih ada air.

"Tapi sejauh ada air, melalui media air itu dia (pinger) akan mentransmit frekuensinya," papar Tatang.

Ia menambahkan pinger mudah ditemukan jika masih berada di bawah reruntuhan pesawat.

Namun saat tertimbun lumpur, tentu akan sulit bagi pinger untuk mengirim sinyal frekuensinya.

"Kalau di celah-celah dia masih aman, karena berada di reruntuhan pesawat, tapi kalau sudah tertimbun lumpur, itu memang agak sulit," tutur Tatang.

Perlu diketahui, ada sejumlah elemen penting yang terdapat dalam kotak hitam (black box) yakni Flight Data Recorder (FDR), Cockpit Voice Recorder (CVR), hingga pinger.

"Setiap pesawat sesuai aturan internasional, untuk penerbangan sipil ini ya, harus membawa dua elemen, yang satu Flight Data Recorder atau FDR, yang kedua Cockpit Voice Recorder atau CVR," jelas Tatang.

FDR dan CVR ini memang dikenal sebagai kotak hitam atau black box, namun warnanya justru oranye.

"Nah kedua alat ini sering disebut black box, warnanya oranye walaupun disebut black box, tidak ada warna lain, mencolok sekali," kata Tatang.

Baca juga: Selasa Pagi RS Polri Terima 56 Kantong Jenazah Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182

Pada kedua elemen tersebut terdapat pinger yakni baterai yang bentuknya seperti tabung dan mengeluarkan bunyi untuk menandakan keberadaan black box.

"Di kedua alat itu ada yang namanya pinger, pinger itu baterai lonjong, itu terikat di situ," ujar Tatang.

Biasanya, dalam banyak kasus, pinger ini masih menempel pada FDR, sehingga akan diperoleh komponen black box secara utuh.

"Selalu melekat pada dua alat (FDR dan CVR) di black box itu, kalau kita bisa mendekati suara itu, bisa mendapatkan bahwa black box itu masih full dengan pingernya itu," tutur Tatang.

Namun hantaman keras pesawat yang jatuh dan tenggelam di dasar laut, dapat memberikan dampak besar pada FDR.

Karena elemen ini bisa saja terlepas dari pinger yang menjadi penanda dalam proses pencarian black box.

"Yang dikhawatirkan biasanya kalau jatuh ke laut, impactnya besar, maka FDR lepas dari pesawat, dan FDR nya juga (bisa) lepas dari pingernya," papar Tatang.

Umumnya, pinger pada pesawat memiliki masa satu bulan untuk memunculkan bunyi, namun kini daya tahan baterainya lebih lama menjadi 90 hari.

"Nah pinger masih terus berbunyi, dulu pinger itu berbunyinya hanya 30 hari, frekuensinya 37,5 kilohertz. Sekarang sudah ditambah, jadi 90 hari daya tahan baterainya dan frekuensinya lebih rendah lagi 8,8 kilohertz," kata Tatang.

Oleh karena itu, karena berburu dengan waktu, ia mengatakan bahwa tim penyelam yang tengah mencari black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu itu harus mengetahui apakah pinger yang dipasang itu baru atau lama.

"Jadi ini yang mau mencari suara itu, minimal ya kita harus tahu pesawat Sriwijaya ini sudah dipasangi pinger yang baru atau yang lama. Kalau dipasangi yang lama," tegas Tatang.

Baca juga: Kemenhub: Penuhi Hak-hak Korban Kecelakaan Sriwijaya Air Sesuai Ketentuan

Ia pun mengaku tidak tahu apakah KNKT saat ini memiliki pinger finder untuk bisa mencari frekuensi.

"Saya nggak begitu paham, apakah KNKT sudah mempunyai pinger finder, alat untuk mencari pinger itu? Apakah itu alat yang baru untuk mencari (frekuensi) 8,8 kilohertz atau untuk 37,5 (kilohertz)?," tutur Tatang.

Ia pun berharap jika pinger telah ditemukan, alat tersebut tidak terlepas dari black box.

"Nah kemudian kalau sudah dapat itu, mudah-mudahan si pinger ini tidak loncat dari black box nya. Sehingga yang dicari, black boxnya ada di situ," papar Tatang.

Karena hal ini pernah terjadi pada kasus jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada 2015 lalu.

"Pengalaman AirAsia, ini lepas, si pingernya itu lepas, tidak dengan black boxnya," pungkas Tatang.

Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta (CGK) - Pontianak (PNK) telah kehilangan kontak pada Sabtu (9/1/2021), pukul 14.40 WIB.

Pesawat Boeing 737-500 ini jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Dalam pesawat naas ini, terdapat 6 kru aktif serta 6 kru tambahan, 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini