Seorang relawan tim penyelam, Bayu Wardoyo mengakui cuaca di sekitar titik lokasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 memang tidak kondusif.
Hal itu cukup membahayakan tim penyelam.
”Karena kalau cuacanya hujan kaya begini tentunya kan visibility di permukaan nggak bisa keliatan. Jadi ini juga nggak kondusif untuk tim rescue yang turun. Soalnya nanti kalau ada yang naik nggak keliatan sama kapal yang di permukaan,” kata Bayu.
Tim penyelam yang berencana langsung turun menyelam mencari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pun mengurungkan niatnya.
Mereka memilih menunda menggelar evakuasi hingga esok harinya.
Memasuki malam hari, tim penyelam yang baru datang dipindahkan dari Kapal KN SAR Basudewa menuju ke Kapal KN SAR Wisnu yang menjadi pusat kapal utama Basarnas di sekitar lokasi pencarian Sriwijaya Air SJY-182.
Seluruhnya pun bermalam di sana bersama ratusan tim evakuasi Basarnas lainnya yang telah terlebih dahulu tiba.
Usai makan malam dengan makanan siap saji, relawan maupun tim Basarnas pun berbaur tidur di pinggir lantai kapal (deck) tanpa alas.
Namun, beberapa di antaranya tidur di dalam kamar yang tersedia di kabin kapal.
Sebab, kapal KN SAR Wisnu terbilang cukup besar dengan desain interior yang lebih modern.
Esok harinya, awan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 juga tampak masih gelap.
Namun usai salat subuh, tim penyelam tetap mempersiapkan perlengkapan penyelaman di tengah cuaca tak menentu.
Mereka bersiap dalam posisi memakai masker, regulator, drysuit, Bouyancy Compensation Device (BCD), weightbelt,
gauges, hingga menggendong oksigen.
Karena kondisi masih memungkinkan, tim pertama pun memutuskan untuk turun melakukan operasi penyelaman usai
pengarahan.
Tim penyelam hanya di berikan waktu 20 menit berada di dalam laut.