TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Startup di bidang health tech, SehatQ mendukung program vaksinasi Covid-19 pemerintah RI dengan serangkaian program edukasi masyarakat dan layanan smart health screening vaksin.
Rangkaian layanan tersebut disediakan tanpa dipungut biaya.
"Ribuan pertanyaan mengenai vaksin Covid-19 terus dilayani tim dokter SehatQ hingga saat ini. Melihat perhatian publik atas hal ini, kami bekerjasama dengan para ahli untuk mengupas tuntas segala aspek mengenai vaksin Covid-19 dalam serangkaian webinar publik, agar masyarakat mendapatkan informasi dari sumber yang tepercaya," kata CEO SehatQ, Linda Wijaya.
Dalam seri webinar perdananya hari ini, SehatQ bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen vaksin PT Bio Farma (Persero) menyelenggarakan webinar dengan tajuk, “Bagaimanakah Jaminan Keamanan dan Keefektifan Vaksin Covid-19?”
Bersama Bio Farma, SehatQ membedah berbagai fakta mengenai vaksin Covid-19 yang sudah hadir di Tanah Air, mulai dari cara kerja, kandungan, rekomendasi pemberian, hingga potensi efek samping.
Saat ini pandangan dan pengetahuan masyarakat tentang vaksin Covid-19 pun beragam, termasuk dalam hal jaminan keamanan, keefektifan, hingga persyaratan untuk menerima vaksin.
Baca juga: Mengapa Bupati Sleman Sri Purnomo Bisa Positif Covid-19 Meski Sudah Disuntik Vaksin?
Dalam membantu masyarakat mempersiapkan diri menerima vaksin, SehatQ juga menghadirkan layanan smart health screening yang bisa diakses melalui website SehatQ.
Pengguna tinggal mengikuti petunjuk dan melengkapi kuesioner, untuk melihat terpenuhi atau tidak terpenuhinya syarat sebagai penerima vaksin Covid-19, sesuai ketentuan dari Kementerian Kesehatan RI.
Antusias Masyarakat
SehatQ telah melakukan survei untuk menggali persepsi publik terhadap vaksin Covid-19.
Survei yang dilakukan secara online pada Oktober 2020 ini melibatkan 797 responden.
Hasil survei tersebut berhasil memetakan pandangan publik terhadap kehadiran vaksin di masa pandemi saat ini.
"Hasil survei memperlihatkan bahwa sebagian besar masyarakat bersedia menerima vaksin Covid-19," kata Linda.
Dari total 797 responden, sebanyak 88 persen di antaranya (699 orang) bersedia mendapatkan vaksin.
Dari segi waktu pemberian vaksin, sebagian besar responden yaitu sebanyak 49 persen (394 orang) menyatakan berharap vaksinasi massal dilakukan apabila kualitas vaksin telah terbukti efektif.
Sementara itu, ada sebanyak 19 persen responden (155 orang) yang ingin vaksinasi dilakukan secepatnya.
Di luar keduanya, ada masing-masing 10 persen (76 orang) dan 9 persen (74 orang) yang memilih mendapatkan vaksin sesuai jadwal pemerintah dan setelah kelompok prioritas menerimanya.
SehatQ juga menggali informasi dari para responden yang belum bersedia menerima vaksin.
Setidaknya ada 12 persen responden dari total responden (98 orang dari 797 orang) yang menolak vaksin dengan empat alasan.
Pertama, para responden (66 persen responden atau 98 orang yang menolak) tidak yakin terhadap keamanan maupun efektivitas vaksin Covid-19.
Kedua, sebanyak 19 persen (19 orang) responden mengkhawatirkan efek samping di kemudian hari.
Ketiga, 8 persen responden (8 orang) meyakini ada alternatif selain vaksin untuk mengakhiri pandemi.
Keempat, pertimbangan kepercayaan dalam agama membuat 6 persen responden (6 orang) menolak vaksin Covid-19.
Baca juga: Letjen (Purn) Marciano Norman dan Nasib PON XX: Kalau Ada Atlet Tak Mau Divaksin, Itu Pilihan Mereka
Tak Perlu Khawatir
Menanggapi hasil survei ini, Senior Executive Vice President (SEVP) Penelitian dan Pengembangan Bio Farma, Drs Adriansjah Azhari Apt MM menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kualitas dan keamanan vaksin Covid-19 yang beredar di Tanah Air.
"Sebelum didistribusikan kepada masyarakat, tim peneliti bersama tim medis, melakukan pengujian ketat terhadap vaksin," ujar Drs Adriansjah.
Bio Farma sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 yang akan diedarkan bagi masyarakat Indonesia.
Webinar perdana pada hari ini akan diikuti dengan beberapa sesi lanjutan seputar topik vaksin Covid-19, dengan pembicara dari berbagai institusi pemerintahan dan tokoh masyarakat lainnya.