"Biar tidak menjadi keributan," ujar Ganjar.
Ganjar juga tidak memberikan keterangan lebih jauh ketika ditanya soal yang menyebut namanya itu bermuatan politik.
"Mungkin penulisnya sedang memberikan kritik kepada seseorang yang bernama Ganjar. Tapi kan Ganjar banyak," ucapnya.
Terkait contoh soal di dalam buku tersebut yang menyebutnya tidak salat dan menyembelih hewan kurban, Ganjar menanggapinya dengan tutur bicara santai.
"Mungkin itu kritikan buat saya bahwa saya salatnya harus kencang (rajin). Kalau Iduladha juga harus nyembelih sapi gitu," katanya tersenyum.
Baca juga: Nadiem Tantang Mahasiswa Bantu Pembelajaran Siswa di Daerah 3T
Klarifikasi Tiga Serangkai
Sementara itu General Manager PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Solo, Admuawan menanggapi viralnya nama Ganjar dalam buku pelajaran tersebut.
"Terkait nama Pak Ganjar yang ada di buku agama kita, tadi dari Kesbangpol Jateng itu sudah klarifikasi ke sini, kami juga yang menemui dan menjelaskan. Dan juga dari Polresta Solo," kata dia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/2/2021), dikutip dari Kompas.com.
Admuawan menyebut, nama Ganjar tersebut tidak ada kaitannya dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Jadi Pak Ganjar itu sekadar contoh sebuah nama di soal saja. Terbitnya tahun 2009."
"Sementara Pak Ganjar (Gubernur Jateng) mulai 2013. Jadi empat tahun sebelumnya," kata dia.
Buku tersebut dicetak sebelum nama Ganjar dikenal seperti sekarang ini.
Baca juga: UN 2021 Ditiadakan, Berikut Syarat Kelulusan dan Penentu Kenaikan Kelas Siswa
Lebih lanjut Admuawan mengungkapkan dalam kode etik penyuntingan buku pelajaran ada beberapa yang diacu sebagai dasar penerbitan buku.
"Di antaranya adalah tidak boleh menyebut SARA, tidak boleh juga bias gender harus mengakomodir keberagaman, kebhinekaan, memupuk nasionalisme ini kita laksanakan," ungkap dia.