Tidak hanya AHY yang menemui JK, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, di Desa Bojongkoneng, Babakan Madang Bogor, Jawa Barat.
Pertemuan kedua tokoh politik itu didampingi para elite partai masing-masing.
Airlangga ditemani Zainudin Amali, Agus Gumiwang Kartasasmita, serta Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus.
Sementara Prabowo menyambut bersama Wakil Ketua Dewan Pembina Hashim Sujono Djojohadikusumo, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Ketua Harian Dasco Sufi Ahmad, Wakil Ketua Umum Sugiono, Ketua DPP Prasetyo Hadi, dan Ketua DPP Budi Djiwandono.
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan pertemuan berlangsung secara akrab. Kedatangan Airlangga disambut dengan marching band yang menyanyikan mars Golkar dan Gerindra.
Airlangga menghadiahkan sebuah topi berwarna hitam kepada Prabowo Subianto.
Baca juga: Kisruh Partai Demokrat, Herzaky kepada Kubu KLB : Stoplah Produksi Kebohongan
Baca juga: Amien Rais Tak Yakin Moeldoko Berani Jadi Ketum Demokrat Tanpa Dukungan dari Lurah
"Pertemuan berlangsung secara akrab, penuh canda tawa, guyon, namun tetap membahas beberapa hal penting, seperti karena Prabowo Subianto adalah ketua Umum Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Airlangga Hartarto Ketua Umum Wushu keduanya menyepakati perlunya Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032," kata Muzani.
Selain itu, kata Prabowo dan Airlangga, Indonesia perlu mempersiapkan diri terutama di kedua cabang olahraga (Cabor) tersebut, agar cabor tersebut dapat diandalkan.
Diperlukan upaya untuk menduniakan pencak silat agar bisa menjadi cabor yang dapat diterima di seluruh dunia.
Dalam kesempatan itu, Zainuddin Amali yang juga Menteri Pemuda dan Olahraga, mendorong agar saling bahu-membahu menyukseskan bidding Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto juga sama-sama pembantu Presiden Jokowi di kabinet.
Airlangga sebagai Menteri koordinator Perekonomian dan Prabowo menjabat Menteri Pertahanan.
Keduanya membicarakan berbagai hal strategis pemerintahan, geo politik, serta isu internasional lainnya yang dapat mempengaruhi perekonomian dan pertahanan.
"Keduanya sepakat bahwa kita harus tetap mempertahankan politik luar negeri Bebas dan Aktif, politik yang mengedepankan kepentingan nasional, dan menjaga keamanan dan stabilitas kawasan," ucap Muzani.