TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) menyebut perubahan iklim yang tidak di tangani secara global, dapat menimbulkan kerugian ekonomi lebih dari 400 miliar dolar AS.
Deputy Country Director for ADB di Indonesia, Said Zaidansyah mengatakan, dampak perubahan iklim dan bencana untuk negara berpendapatan rendah mapun menengah, akan mengalami kerugian sebesar 18 miliar dolar AS per tahun.
"Ini hanya sektor infrastrukur energi dan transportasi. Kerugian akibat yang ditimbulkan rumah tangga dan perusahaan lebih luas lagi, yaitu sebesar 390 miliar dolar AS per tahunnya," ujarnya saat webinar bertema Keluar dari Ekonomi Ekstraktif, Menuju Hijau dan Inklusif, Kamis (18/3/2021).
Menurutnya, bila semua negara tdak melakukan tindakan apapun, maka pada 2050 akan ada 143 juta orang lebih harus melakukan relokasi di dalam negeri akibat perubahan iklim.
Baca juga: Ketua DPD RI Ingatkan Pemerintah Antisipasi Survei UNICEF Soal Kemiskinan Anak Imbas Covid-19
"Saat yang sama, 122 juta orang terancam menjadi miskin akibat perubahan iklim," ucapnya.
Selain itu, kata Said, ekonomi global akan menyusut sebesar 3 persen pada 2050 akibat kurangnya ketahanan iklim.
Lalu, risiko banjir juga meningkat di 136 kota pantai di dunia, dengan kerugian banjir secara global mencapai 6 miliar dolar AS.
"Hasil panen global diproyeksi akan berkurang 5 persen pada 2030 dan 30 persen pada 2080 akibat perubahan iklim," paparnya.
Oleh sebeb itu, Said berharap semua negara beralih ke ekonomi hijau atau ramah lingkungan, dan mendorong pembangunan yang berkesinambungan, rendah karbon, serta inklusif.
"Kemudian, pengembangan energi baru terbarukan, minimalisir sampah dan pengeloaan limbah daur ulang, serta pengembangan sistem alami," paparnya.