TRIBUNNEWS.COM - Majelis Penasihat Organisasi (MPO) Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), Rekson Silaban, ikut mengenang sosok Muchtar Pakpahan.
Tokoh buruh nasional yang berpulang pada Minggu (21/3/2021) malam itu diakui Rekson memiliki pengaruh besar di Indonesia.
Terlebih sebagai pelopor kebebasan berserikat buruh di Indonesia.
Rekson yang juga menjadi aktivis buruh ini menceritakan, perjuangan Muchtar dalam menyejahterakan hak buruh sejak era Soeharto tidak mudah.
Baca juga: Presiden KSPI Kenang Mendiang Muchtar Pakpahan Masih Terus Perjuangkan Hak Buruh di Akhir Hayatnya
Kala itu, rezim orde baru hanya mengizinkan masyarakat memiliki satu organisasi di semua bidang.
Bahkan, organisasi yang berdiri itu juga dikontrol langsung oleh pemerintah.
Kemudian, perjuangan Muchtar agar rakyat Indonesia bebas berserikat dan berorganisasi pun membuahkan hasil.
Muchtar ikut terlibat meratifikasi Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Berorganisasi.
"Jadi Pak Muchtar itu adalah seseorang yang memiliki legasi besar dalam kebebasan berserikat buruh di Indonesia."
"Karena dimasa orde baru itu pemerintah hanya mengizinkan satu serikat buruh, semua kehidupan umum dikontrol oleh negara."
"Itulah yang diruntuhkan Pak Muchtar, walaupun dia harus keluar masuk penjara," ujar mantan anggota Dewan Pengawas (Dewas) BPJS Ketenagakerjaan ini kepada Tribunnews.com, Senin (22/3/2021).
Baca juga: PROFIL Muchtar Pakpahan, Tokoh Buruh Peraih Penghargaan Internasional, Tak Gentar Walau Kerap Dibui
Setelah konvensi itu disahkan, berbagai organisasi di semua bidang akhirnya bebas dibentuk tanpa dikontrol oleh pemerintah.
Sejak saat itu, organisasi yang ada tidak lagi tunggal dan masyarakat bisa bebas berorganisai mengeluarkan pendapatnya.
"Jadi, boleh saya katakan tanpa kehadiran beliau memperkenalkan ide itu, mungkin Indonesia baru menikmati kebebasan berserikat dan berpendapat," ungkap Rekson yang juga mantan Ketua Umum SBSI ini.
Rekson menuturkan, berbagai rintangan dihadapi oleh Muchtar untuk mendapatkan keadilan itu.
Tidak hanya membuat banyak buruh terkena PHK, pihaknya juga berhadapan dengan para pemimpin lain di dunia.
Terlebih, kala itu, Rekson menuturkan Indonesia tengah menjadi sorotan dunia karena dipimpin oleh diktator terlama di Asia.
"Itulah legasi besarnya dalam serikat buruh, dimana perjuangan itu ada banyak korban," jelas Rekson.
Lebih lanjut, Rekson mengaku dekat dengan sosok Muchtar sejak 1992 karena sama-sama bergabung dalam SBSI.
Baca juga: Kabar Duka, Tokoh Gerakan Buruh Muchtar Pakpahan Meninggal Dunia
Ia pun masih kerap berkomunikasi dengan Muchtar meski sosoknya dalam keadaan sakit.
"Dua minggu lalu (terakhir berkomunikasi, red), kami sering berkomunikasi ketika beliau sakit," ujar Rekson.
Sampai akhir hayatnya, Rekson pun tak heran jika sosok Muchtar masih terus mengkritisi berbagai perubahan terkait hak-hak buruh.
Tak terkecuali tentang Undang-Undang Cipta Kerja yang sempat menghebohkan publik pada 2020 lalu.
Menurut Rekson, Muchtar merupakan sosok yang banyak menderita di masa lampau akibat perjuangannya membela kaum buruh.
Jadi, sudah pasti sosoknya akan terus berkecimpung membela hak-hak buruh meskipun dalam keadaan sakit.
"Kalau ada perubahan Undang-Undang tentang politik, pasti dia laporan, mendengar orang dan kasih pendapat."
"Memang dia sosok yang banyak menderita di masanya, sehingga mungkin beliau tidak mau penderitaannya sia-sia makanya terus terlibat," tuturnya.
Terakhir, Rekson juga menyinggung keteladanan sosok Muchtar membela kaum buruh di Indonesia.
Menurutnya, tidak banyak sosok seperti Muchtar yang berani menentang ketidakadilan bagi kaum buruh di masa orde baru.
Kini, rakyat Indonesia pun bisa menikmati kebebasan berserikat dari hasil jerih payah tokoh buruh nasional itu.
"Tidak banyak orang seperti dia, bisa dihitung jari lah. Sekarang ini banyak orang yang semakin berani karena tidak lagi ditembak dan tidak lagi dipenjarakan tanpa proses peradilan," pungkas Rekson.
Muchtar Pakpahan Wafat
Sebelumnya diberitakan, kabar duka datang dari dunia buruh Indonesia.
Tokoh buruh nasional, Muchtar Pakpahan dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (21/3/2021) kemarin.
Kabar meninggalnya Muchtar Pakpahan dibenarkan oleh Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar.
Menurut Timboel, Muchtar Pakpahan meninggal dunia di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta, Minggu (21/3/2021), sekitar pukul 22.30 WIB.
Baca juga: Wakil Ketua DPD RI Minta Pemerintah Bersama Buruh Membangun Konsensus Bersama
"Sekitar jam 22.30 WIB, Bang Muchtar meninggal di RS siloam Semanggi."
"Saat ini di rumah duka RSPAD Gatot Soebroto," ujar Timboel melalui pesan singkat, dikutip dari Kompas.com, Senin (22/3/2021).
Timboel mengatakan, Muchtar Pakpahan sebelumnya terkena kanker nasofaring dan sempat menjalani pengobatan di Penang, Malaysia.
Setelah menjalani perawatan, Muchtar Pakpahan sempat mengungkapkan kanker yang dideritanya mulai bersih.
Tak lama, Muchtar Pakpahan kembali melanjutkan aktivitasnya dalam gerakan buruh, salah satunya terkait penolakan UU Cipta Kerja.
"Bang Muchtar cerita kalau kankernya sudah bersih dan kembali beraktivitas membela hak-hak buruh khususnya mengkritisi UU cipta Kerja."
Baca juga: Upah Nominal Buruh Tani Masih Jauh di Bawah Kuli Bangunan
"Tetapi muncul lagi kanker lainnya sehingga Bang Muchtar harus berobat kembali. Sebenarnya saat-saat ini jadwal kemo Bang Muchtar," ucap dia.
Muchtar Pakpahan dikenal sebagai tokoh buruh nasional yang tak gentar meski kerap keluar masuk penjara di era Soeharto.
Atas jasanya memperjuangkan hak buruh, Muchtar Pakpahan pun kerap dianugerahi banyak penghargaan hingga tingkat internasional.
(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya)