TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Pendidikan Kavaleri, atau biasa disingkat (Pusdikav) adalah lembah kawah candra dimuka bagi prajurit Kavaleri TNI Angkatan Darat.
Jika berkunjung ke lembaga pendidikan di bawah naungan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) Kodiklat TNI AD di kawasan Padalarang, Bandung Barat, itu, ada banyak hal menarik yang akan ditemui.
Satuan kavaleri merupakan satuan lapis baja dan berkuda di TNI Angkatan Darat.
Dalam sebuah pertemupuran, pasukan Kavaleri berperan sebagai satuan yang mampu bergerak dengan cepat dalam skala besar sekaligus berfungsi sebagai penyerang kejut atau pendobrak yang akan membuka jalan bagi pasukan infanteri.
Maka, di Pusat Pendidikan Kavaleri, para prajurit Kavaleri yang dikenal dengan semboyan "Tri Daya Cakti" (Daya Gerak, Daya Kejut dan Daya Tembak) itu diberi bekal pengetahuan dan keterampilan tentang penguasaan teknis kecabangan Kavaleri.
Dua di antaranya adalah berkuda dan mekanis (kendaraan tempur). Keterampilan yang diajarkan berkaitan dengan tiga sistem, yaitu komunikasi, senjata dan otomotif.
Karena pasukan Kavaleri identik dengan kuda dan tank, maka yang diberi pelatihan di Pusdikav itu bukan hanya para prajuritnya, tapi juga kudanya.
Kuda-kuda perang atau kuda militer di satuan tersebut juga harus sekolah terlebih dahulu sebelum menguasai kemampuan bertempur.
Komandan Pusdikkav Brigjen TNI Taufik Budi Santoso menjelaskan, kuda militer memiliki kecakapan berbeda dengan kuda pada umumnya.
Kuda militer, kata Taufik, harus memiliki kemampuan berenang, tidak takut dengan api, tidak takut dengan letusan, bisa tiarap bersama penunggangnya, dan harus paham bahwa daerah yang dihadapi bukan daerah yang aman-aman saja.
Baca juga: Melihat dari Dekat Simulator Tank Leopard di Sekolah para Prajurit Baret Hitam
Kuda-kuda di Pusdikkav, kata Taufik, rata-rata merupakan kuda turunan Australia, Arab, dan Pakistan. Saat ini kata dia, ada sembilan ekor kuda yang dimiliki Pusdikkav.
Kebanyakan kuda-kuda militer saat ini berada di Detasemen Kavaleri Kuda. Di sana jumlahnya ada sekitar 240 ekor kuda militer.
Baca juga: Latihan Tempur di Baturaja, TNI AD Serbu Pasukan Musuh Lewat Serangan Darat dan Udara
Untuk menguasai seluruh kemampuan tersebut, kuda-kuda militer harus menjalani pendidikan secara bertahap mulai dari remonte dasar hingga remonte lanjutan.
Jika kuda-kuda tersebut belum menguasai satu tahapan maka kuda-kuda tersebut harus mengulang pendidikannya.
"Mulai dari yang tahap satu sampai dengan tahap remonte lanjutan itu total sembilan bulan," kata Taufik di Pusdikkav Padalarang Jawa Barat pada Jumat (26/3/2021).
Bagi prajurit Kavaleri, kemampuan menunggang kuda wajib dimiliki mulai dari Tamtama, Bintara, hingga Perwira.
Taufik menjelaskan, tradisi berkuda pada bidang militer masih dipertahanakan khususnya oleh satuan Kavaleri hingga saat ini karena sejarahnya Kavaleri terbentuk dimulai dari pasukan berkuda.
Meski saat ini kuda-kuda tersebut belum digunakan dalam operasi dan hanya digunakan dalam kegiatan yang sifatnya protokoler, Taufik yakin nantinya kuda-kuda militer yang telah disiapkannya akan dibutuhkan.
"Saya yakin ke depan pada beberapa momen kuda ini masih akan sangat dibutuhkan. Tidak semua medan di Indonesia bisa didatangi tank atau kendaraan," ujarnya.
"Kuda-kuda ini juga akan sangat membantu. Sehingga apa yang kita punya ini tetap dipertahankan dan semua jenis pendidikan itu harus melalui pelatihan berkuda, selain kita menjaga sejarah yang kita miliki," kata Taufik.
Selain latihan untuk para prajurit berkuda, di Pusdikav kita juga akan menemukan gedung simulator Tank Leopard 2A4. Gedung tersebut berada di dalam kompleks sekolahnya para prajurit baret hitam tersebut.
Di dalam gedung tersebut terdapat dua ruangan utama. Pertama adalah ruang simulator Leopard Gunnery Skill Trainer (LGST), tempat di mana para prajurit Kavaleri dari seluruh Indonesia belajar menembakkan meriam Tank Leopard.
Kedua adalah ruang Driver Training Simulator (DTS) 2A4.
Di ruang pertama tersebut ada sebuah meja yang dikendalikan oleh instruktur dengan enam layar LCD.
Masing-masing LCD tersebut menampilkan di antaranya pembidik utama, pembidik komandan tank, dan siswa yang tengah memegang kendali simulator meriam tank.
Di atas meja tersebut ada sebuah tuas pengendali, keyboard, mouse komputer, serta peralatan elektronik lain yang terhubung dengan simulator.
Dari meja tersebut instruktur kemudian mengarahkan siswa yang berada di dalam kabin simulator untuk melakukan penembakan terhadap target yang telah ditentukan.
Di dalam kabin simulator yang berbentuk menyerupai kabin Tank Leopard 2A4 terdapat dua orang siswa yang berlatih di dalam kabin tersebut.
Sementara dari luar kabin terdengar instruksi-instruksi pelatih dan suara ledakan meriam yang dikeluarkan oleh pengeras suara.
Dengan menggunakan alat tersebut para siswa dilatih menjadi Komandan Kendaraan (Danran), Petembak, dan Loader Leopard 2A4.
Danton 3 Kompi Tank Dendemlat Letda Kav Gamas Putra Adi menjelaskan, ada empat materi tahapan yang dilatihkan menggunakan LGST kepada siswa.
Empat materi tersebut yakni Firing Static to Static Target, Static to Moving Target, Moving to Static Target, dan Moving to Moving Target.
Untuk menguasai seluruh tahapan tersebut, kata Gamas, biasanya para siswa membutuhkan waktu satu setengah bulan hanya untuk menembak menggunakan alat yang didatangkan pada 2016 tersebut.
"Untuk latihan satu sesi kita biasanya 15 menit," kata Gamas di Ruang Simulator Leopard Pusdikkav Padalarang, Jawa Barat.
Sementara itu, di sisi lain ruangan simulator petembak ada ruangan simulator mengendarai Tank Leopard 2A4. Ruangan simulator pengemudi tersebut tidak tampak jauh berbeda dengan ruangan simulator petembak.
Perbedaannya ada pada sejumlah tampilan layar yang dikendalikan instruktur.
Di layar tersebut instruktur bisa mengatur skenario berupa jalur dan medan yang harus dilalui oleh siswa di simulator mulai dari yang termudah hingga tersulit.
Guru militer otomotif yang membidangi mengemudi kendaraan tempur, Lettu Kav Tony Sulistiono menjelaskan, sejumlah tahapan yang harus dijalani oleh para siswa untuk bisa mengemudi Tank Leopard 2A4.
Tony menjelaskan, tahapan pertama adalah para siswa harus belajar teori mengemudi tank selama satu pekan pertama.
Kedua, kata dia, para siswa kemudian akan belajar di simulator tersebut selama satu pekan berikutnya.
Setelah para siswa dianggap telah menguasai keduanya, mereka kemudian akan diajari mengemudi langsung Tank Leopard 2A4 tanpa meriam di Pusdikkav.
"Untuk siswa bisa mengemudi itu waktunya dua bulan. Satu minggu teori. Satu minggu di simulator. Baru nanti di situ (di Tank Leopard khusus latihan mengemudi). Kan beda itu tidak ada canonnya," kata Tony.(tribun network/git/dod)