Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid membeberkan di antaranya tiga indikator orang-orang yang terjangkit radikalisme terorisme.
Indikator pertama, kata Ahmad, adalah mereka ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi agama menurut versi mereka.
Selain itu, lanjut dia, mereka juga ingin mengganti sistem pemerintahan dengan segala cara.
Hal itu, kata Ahmad, karena radikalisme sejatinya merupakan paham yang menginginkan tatanan sosial politik yang sudah mapan dengan cara-cara ekstrem atau kekerasan.
Baca juga: BNPT: 900 Terduga Teroris Ditangkap Sejak UU Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Terorisme Terbit
Indikator kedua, kata dia, mereka takfiri yang berciri intoleran, cenderung anti budaya kearifan lokal, senang melabel kelompok di luar mereka sesat dan kafir.
Hal tersebut disampaikannya ketika berbincang dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domuara D Ambarita di kantor redaksi Tribunnews Jakarta pada Kamis (1/4/2021).
"Kemudian yang ketiga kecenderungan mereka lemah di bidang akhlak, perilaku, budi pekerti. Mereka lebih menonjol pada hal-hal yang sifatnya ritual keagamaan, identitas keagamaan, tampilan luar keagamaan. Jadi ritual formal keagamaan tapi lemah spiritual keagamaan," kata Ahmad.
Baca juga: Antisipasi Aksi Terorisme Jelang Paskah, Keuskupan Agung Jakarta Imbau Gereja Tingkatkan Keamanan
Untuk itu, kata Ahmad, radikalisme terorisme mengatasnamakan agama adalah cermin dari krisis spritiual dalam beragama.
Ia pun menegaskan aksi terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apapun baik kejadian yang terjadi baru-baru ini di Gereja Katedral Makassar maupun di Mabes Polri Jakarta.
Baca juga: Presiden Jokowi : Tidak Ada Tempat bagi Terorisme di Tanah Air
Namun demikian, kata Ahmad, aksi teror tersebut terkait dengan pemahaman dan cara beragama umatnya dan biasanya didominasi dengan umat beragama yang menjadi mayoritas di suatu wilayah.
"Jadi sekali lagi kita harus samakan persepsi, kita harus fair dalam hal ini, sekali lagi ini tidak ada kaitannya dengan agama apapun tapi sangat terkait dengan pemahaman, cara beragama, umat beragama dalam konteks ini Islam," kata Ahmad.