Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja ekspor Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan indeks PMI Bank Indonesia yang mengalami peningkatan pada kuartal I 2021 sebesar 50,01 persen dibandingkan kuartal IV 2020 sebesar 47,29 persen.
Peningkatan terjadi pada hampir seluruh komponen pembentuk PMI-BI terutama volume total pesanan, volume persediaan barang jadi, dan volume produksi yang berda dalam fase ekspansi.
Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengatakan, adanya surplus neraca perdagangan pada Maret 2021 ini perlu diwaspadai dan diperhatikan secara berhati-hati.
Baca juga: KSP: Surplus Neraca Dagang 1,57 Miliar Dolar AS, Momentum Keluar dari Krisis
"Ini karena pertumbuhan volume perdagangan sebenarnya lebih rendah daripada nilai komoditasnya sehingga terdapat kenaikan harga di tingkat produsen. Volume komoditas manufaktur yang lebih rendah dari nilainya seperti produksi manufaktur pada mesin industri dan peralatan listrik," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/4/2021).
Dengan mengikuti tren yang terjadi, kata dia kegiatan ekspor dan impor mengalami peningkatan yang signifikan pada periode menjelang Ramadan dan hari raya Idul Fitri yang dikhawatirkan adanya libur panjang sehingga industry mengirim muatan hasil produksinya terlebih dahulu.
Baca juga: Maret 2021, Neraca Perdagangan RI Surplus 1,56 Miliar Dolar AS
"Surplus neraca perdagangan pada Maret 2021 disebabkan oleh surplus dengan Amerika Serikat, Filipina, dan India dengan masing-masing sebesar 1,33 miliar dolar AS, 592,1 juta dolar AS dan 502,4 juta dolar AS.
Sedangkan, kontribusi defisit terbesar berasal dari Australia, Korea Selatan, dan Thailand dengan nilai masing-masing sebesar 503,5 juta dolar AS, 546,8 juta dolar AS, dan 281,1 juta dolar AS," katanya.
Di sisi lain, kata politisi partai Gerindra ini, peningkatan ekspor yang tinggi, tercermin surplus pada neraca perdagangan menunjukkan bahwa ekonomi eksternal secara agregat mengalami pemulihan secara cepat terutama pada negara-negara utama mitra dagang Indonesia.
Sementara itu, kinerja impor masih terkontraksi yang disebakan oleh pemulihan ekonomi domestik masih relatif lambat.
Percepatan program vaksinasi Covid-19 dan pembiayaan infrastruktur dipercaya akan mendorong dalam meningkatakan permintaan domestik dan keyakinan konsumen akan optimisme terhadap situasi ekonomi kedepan.
Kamrussamad menyebutkan, fokus pemerintah terhadap UMKM harus terus diberikan terkait pada program pembiayaan sehingga dapat mendorong peningkatan produksinya untuk dapat melakukan ekspor sehingga dapat memberikan kontribusi dalam penerimaan negara.
"Peningkatan ekspor Januari-Februari 2021 ke beberapa negara Kawasan Asia Pasifik menunjukkan pentingnya Kawasan tersebut bagi Indonesia.
Pembukaan market akses melalui kerja sama perundingan perdagangan internasional khususnya di negara kawasan Asia Pasifik seperti Indonesia-Australia CEPA yang telah diimplementasikan pada Juni 2020.
"Juga Indonesia-Korea CEPA yang baru saja ditandangani Desember tahun lalu memegang peranan penting bagi perluasan pasar ekspor Indonesia," katanya.
Kenaikan impor barang modal diharapkan menjadi sinyal kegiatan industry dan investasi di dalam negeri yang mulai bergerak membaik.
Produksi yang dimaksud seperi alat angkut untuk industri, mobil penumpang, dan barang modal kecuali alat angkutan.
"Dalam mengantisipasi tingginya permintaan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri, diharapkan tetap menjaga pasokan yang cukup sehingga harga tidak mengalami peningkatan harga dan stabilisasi harga dapat terkendali," katanya.