News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Kartini

Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hari Kartini 21 April. Dalam artikel terdapat sejarah Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April hingga biografi R.A Kartini dan terbitnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

TRIBUNNEWS.COM – Berikut ini sejarah, biografi R.A Kartini hingga terbitnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April.

Tanggal tersebut juga bertepatan hari lahirnya Raden Ajeng Kartini.

R.A. Kartini merupakan perempuan yang dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita.

Tokoh pahlawan nasional di Indonesia ini merupakan perempuan yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia.

Hari Kartini 21 April. Dalam artikel terdapat sejarah Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April hingga biografi R.A Kartini dan terbitnya Buku Habis Gelap Terbitlah Terang. (GuruPendidikan.com)

Sejarah Hari Kartini

Dilansir TribunnewsWiki.com, Hari Kartini diperingati sesuai dengan kelahiran R.A. Kartini yaitu 21 April 1879.

Peringatan Hari Kartini pertama kali dilakukan setelah 2 Mei 1964.

Selanjutnya, Presiden Soekarno mengeluarkan Kepres N0. 108 tahun 1964.

Pada Kepres tersebut, R.A Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Soekarno juga menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.

Berpuluh-puluh tahun sejak ditetapkan, Hari Kartini selalu dirayakan cukup meriah.

Biasanya masyarakat menggunakan pakaian adat daerah masing-masing sebagai perlambang Bhineka Tunggal Ika.

Baca juga: 20 Kutipan Inspiratif dari RA Kartini, Beserta Sejarah Ditetapkannya Hari Kartini 21 April

Baca juga: Sejarah Ditetapkan Hari Kartini 21 April, Beserta Biografi RA Kartini

Biografi R.A. Kartini hingga Penerbitan Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879, ia dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita.

Ayahnya seorang bangsawan Jawa, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan Bupati Jepara.

Awalnya, Kartini memiliki kesempatan untuk bersekolah.

Kemudian, ayahnya menyekolahkan Kartini di ELS (Europese Lagere School), sebagaimana dilansir lpmpriau.kemdikbud.go.id.

Sehingga, Kartini bisa belajar bahasa Belanda.

Disebabkan kebiasaan kala itu, anak perempuan harus tinggal di rumah untuk ‘dipingit’, maka Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun.

Di sinilah sejarah perjuangan R.A. Kartini bermula.

Ketika tinggal di rumah, dia memanfaatkan belajar sendiri dan membaca.

Bahkan, dia juga menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.

Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Dari Abendanon, Kartini mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang menyulut api baru di dalam hati Kartini, yaitu tentang kemajuan berpikir perampuan Eropa.

Sehingga, timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial yang amat rendah.

Surat-surat Kartini

Surat-surat yang Kartini tulis lebih banyak berupa keluhan-keluhan mengenai kondisi wanita pribumi.

Dia melihat contoh kebudayaan Jawa yang ketika itu lebih banyak menghambat kemajuan dari pribumi ketika itu.

Ia juga mengungkapkan dalam tulisannya bahwa ada banyak kendala yang dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa agar bisa lebih maju.

R.A. Kartini menikah

Pada 12 November 1903, R.A. Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat.

Meskipun sudah menikah, R.A. Kartini diberikan kebebasan oleh sang suami.

Dia didukung untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang.

Berkat kegigihannya, pada tahun 1912, R.A. Kartini mendirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini (Sekolah Kartini) di Semarang.

Kemudian, Sekolah Kartini berhasil didirikan di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, hingga Cirebon.

Dari pernikahannya, R.A. Kartini memiliki anak pertama sekaligus menjadi anak terakhirnya.

Anaknya lahir pada 13 September 1904, bernama Soesalit Djojoadhiningrat.

Empat hari setelah melahirkan, R.A. Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904.

R.A. Kartini meninggal pada usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.

Penerbitan Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

Wafatnya R.A. Kartini tidak mengakhiri perjuang R.A. Kartini semasa hidupnya.

Salah satu temannya di Belanda, Mr. J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat yang dulu pernah dikirimkan oleh Kartini kepada teman-temannya di Eropa.

Karya tulisan R.A. Kartini pun diterbitkan dalam buku berjudul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang.

Buku ini diterbitkan pada tahun 1911 dan cetakan terakhir ditambahkan surat “baru” dari Kartini.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunnewsWiki.com/cva)

Simak berita lain terkait Hari Kartini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini