"Jika sudah mencapai 5.000-an (orang), saya yakin akan sama bahkan bisa lebih banyak lagi," jelas Agung.
Dari sederet kader PAN yang memilih hengkang ke Partai Ummat itu, satu di antaranya adalah Mustofa Nahrawardaya.
Mantan caleg PAN itu menjelaskan ada empat alasan mengapa dirinya bergabung dengan partai yang dideklarasikan Amien Rais itu.
Pertama, ada kejenuhan sangat serius dalam perjuangan politik.
Mustofa mengatakan, sangat susah mencari partai politik yang konsisten membawa arah misi dan visi politik ke arah kiblat ideal.
Ujung-ujungnya kalah oleh kepentingan jangka pendek bernama pemilu dan sebagian partai politik terpaksa tunduk dan menyerah pada realitas politik.
"Di mana sebuah kekuasaan bisa kuat jika semua bersatu dalam satu kamar kekuasaan. Padahal dalam teorinya, oposisi harus ada dalam demokrasi,” kata Mustofa saat dihubungi Tribunnews, Minggu (2/5/2021).
"Tapi lihat saja, sedikit demi sedikit partai politik pada menyerah. Hanya sedikit yang bertahan. Selalu begitu. Godaan demi godaan, rayuan demi rayuan datang, menyebabkan partai politik lumpuh. Lihat, saat ini seolah, tak ada partai politik penyeimbang pemerintah," imbuhnya.
Baca juga: Pengamat Prediksi Partai Ummat Hanya Jadi Penggembira Saja: Ini Tantangan Serius Bagi Amien Rais
Kedua, Mustofa melihat Amien Rais merupakan ikon perlawanan.
Sebagai anak muda dia mengaku malu melihat tokoh-tokoh senior Muhammadiyah, misalnya Din Syamsuddin, Amien Rais, Anwar Abbas, Muhyidin Djunaidi dan lainnya tetap lantang menyuarakan kebenaran melawan kezaliman.
"Eksistensi mereka membuat saya tidak bisa begitu-begitu saja. Ada semacam frekuensi yang sama di antara mereka dengan saya, dalam epicentrum perjuangannya. Melawan ketakadilan, melawan kezaliman, dan bermimpi negeri ini adil makmur baldatun thayyibatun warabbun ghafuur," ucapnya.
Ketiga, Mustofa mengatakan Partai Ummat adalah partai ideal. Maka dari itu, dia langsung setuju gabung ketika Amien Rais menelepon dirinya. "Apalagi kami sama-sama aktif di Muhammadiyah, Pak Amien pernah Ketua Umum PP Muhammadiyah, dan saya sampai saat ini juga masih aktif di dalamnya. Jadi, insyaallah, ini ijtihad politik saya yang tepat," ujarnya.
Baca juga: Amien Rais Dirikan Partai Ummat, Menantu Jadi Ketua Umum, Bagaimana dengan Anak-anaknya?
Keempat, tradisi hijrah politik. Bagi Mustofa, hijrah politik itu wajar selama tempat lama tidak bisa dipakai untuk sarana berjuang, maka harus mencari tempat baru.
Tapi tetap ada rambu-rambunya. Selain itu, baginya ingin hijrah ke manapun, maka tempat berkhidmat itu harus dekat dengan basis Islam, terutama Muhammadiyah.