TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proses alih status pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) menuai sorotan banyak pihak.
Sejumlah kalangan menilai Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) terhadap pegawai KPK penuh dengan kejanggalan.
Sebab, 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lulus tes itu justru para penyidik, penyelidik, serta pegawai senior dengan rekam jejak mumpuni dalam pemberantasan korupsi.
Mantan juru bicara KPK Febri Diansyah lantas bercerita pengalamannya saat mengikuti seleksi pegawai KPK pada tahun 2013.
Febri Diansyah mengatakan bahwa proses yang dilakukannya cukup panjang.
Pengalaman itu ia bagikan melalui akun Twitter pribadinya @febridiansyah, Kamis (7/6/2021).
Baca juga: 75 Pegawai Tak Lulus ASN, Eks Ketua KPK Sebut Isu Taliban Hoaks Politik
Pada saat itu, seleksi pegawai KPK disebut Indonesia Memanggil.
"Saya mau cerita, gimana seleksi jadi Pegawai KPK. Dulu seleksi masuk KPK disebut INDONESIA MEMANGGIL Ya, karena kami yang ikut seleksi merasa terpanggil untuk berbakti pada INDONESIA. Saya lulus Indonesia Memanggil 7 (IM-7), sekitar thn 2013 brsama 159 pegawai lainnya," cuit Febri seperti dikutip Tribunnews.com.
Baca juga: Ketua WP KPK Heran Ada Pertanyaan Soal Ucapan Hari Raya ke Penganut Agama Lain Saat Tes ASN
Saat itu, seluruh tes sebelum tahap wawancara unit kerja dilakukan oleh konsultasn independen yang telah berpengalaman.
Pada tahap pertama, Febri mengikuti seleksi administrasi terlebih dahulu.
Di tahap tersebut, ada beberapa pertanyaan tentang pondasi-pondasi integritas dan motivasi masuk KPK.
Kemudian tahap kedua dilakukan tes potensi yang memakan waktu selama satu hari.
"Kalau melihat tes masuk PNS, ada beberapa soal yang mirip. Tapi saya merasakan tesnya sangat berat hari itu. Selain menguji potensi IQ juga kesabaran dan konsistensi," katanya.
Setelah itu, Febri mengikuti tahap ketiga yaitu tes kompetensi sesuai bidang masing-masing dan pengetahuan umum tentang berbangsa dan bernegara.
Baca juga: Sosok Yudi Purnomo, Ketua WP KPK yang Kabarnya Tak Lolos TWK dan akan Dipecat, Hartanya Rp 1 M
Tahap keempat ialah tes kemampuan bahasa Inggris.
Tak hanya itu, terdapat sesi Leaderless Group Discussion yang membahas tentang nilai-nilai dasar antikorupsi.
Terakhir, Febri mengikuti tes kesehatan.
Kemudian setelah seluruh tahapan dilalui, bagi yang lolos seleksi akan dipanggil wawancara dengan unit kerja.
"Proses yang dilalui cukup panjang dan saringan yang sangat ketat. Terakhir kami mengikuti tes kesehatan. Proses pendaftaran Mei 2013, dan kami baru mulai melakukan pendidikan pada November 2013. Setelah seluruh tahapan dilalui, yang lolos seleksi dipanggil wawancara dengan unit kerja," tulisnya.
Pada tahapan wawancara, peserta akan digali tentang kemampuan dan latar belakang.
Setelah lolos seluruh tahapan, terdapat tahapan yang harus dilalui yaitu pendidikan dasar yang disebut Induksi Pegawai KPK.
Pendidikan dasar itu membuat Febri ditempa di Pusat Pendidikan KOPASSUS selama dua bulan.
Baca juga: Termasuk Novel Baswedan, Berikut 34 Nama Pegawai KPK yang Dikabarkan Tidak Lolos Tes ASN
Melihat proses panjang seleksi pegawai KPK yang ia alami membuat Febri heran dengan seleksi yang digelar saat ini.
"Karena itu saya nggak habis pikir sekarang beberapa pegawai senior yang berdedikasi dan kinerja bagus terancam disingkirkan hanya karena tes wawasan kebangsaan yang kontroversial ini," cuitnya.
Sebelumnya, Febri juga mempertanyakan terkait soal tes wawasan kebangsaan untuk pegawai KPK.
Ia mengaku bingung dengan pertanyaan yang diajukan dalam tes tersebut.
"Kalaulah benar pertanyaan itu diajukan pewawancara pada Pegawai KPK saat tes wawasan kebangsaan, sungguh saya kehabisan kata-kata dan bingung apa sebenarnya yang dituju dan apa makna wawasan kebangsaan. Semoga ada penjelasan yang lengkap dari KPK, BKN atau Kemenpan tentang hal ini," katanya.