News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2021

BPOM Temukan Olahan Takjil Mengandung Formalin Hingga Boraks di Sejumlah Daerah

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas mengambil sampel makanan takjil untuk dilakukan tes laboratorium di kawasan Cideng, Jakarta Pusat, Jumat (16/4/2021). Uji laboratorium dilakukan untuk memastikan makanan yang dijual tidak mengandung bahan berbahaya dan layak dikonsumsi. metode pengujian yang dilakukan yakni dengan cara uji reaksi warna untuk melihat kandungan zat berbahaya yang ada di sampel jajanan tersebut. (Tribunnews/Jeprima)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Badan POM melakukan sampling dan pengujian terhadap 8.144 sampel pangan jajanan buka puasa/takjil ramadan di berbagai kota.

Hasilnya ditemukan olahan takjil yang mengandung bahan berbahaya.

"Dari temuan sampel yang ada ditemukan, panganan1 yang mengandung bahan berbahaya, yaitu formalin (0,45%), boraks (0,59%), dan rhodamin B (0,73%)," kata Kepala BPOM Penny K Lukito melalui keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (7/5/2021).

Penny menuturkan, terhadap penjual pangan jajanan buka puasa yang menjual produk mengandung bahan berbahaya diberikan pembinaan bersama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Selain itu, hingga minggu keempat April 2021, petugas menemukan produk pangan impor Tanpa Izin Edar (TIE) terbanyak di 5 (lima) wilayah kerja, yaitu BBPOM di Jakarta, BBPOM di Serang, BPOM di Batam, BBPOM di Bandar Lampung, dan Loka POM di Tangerang.

Warga dengan tertib mengambil takjil yang sudah disediakan dan dikehendakinya di Jalan Cempaka Putih Raya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Minggu (18/4/2021). Pembagian takjil gratis dengan 600 paket makanan ini sudah berlangsung tahun yang ke-2 dengan memperhatikan protokol kesehatan. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN (WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN)

Hasil pengawasan juga menemukan produk pangan kedaluwarsa dan rusak.

Temuan pangan kedaluwarsa terbanyak ditemukan di wilayah kerja BPOM di Ambon, BPOM di Manokwari, BPOM di Palu, Loka POM di Kepulaian Sangihe, dan Loka POM di Kepulauan Morotai.

Sementara, temuan produk pangan rusak terbesar ditemukan di wilayah kerja BBPOM di Serang, BBPOM di Yogyakarta, BBPOM di Makassar, BBPOM di Palembang, dan BPOM di Kendari.

"Temuan tersebut merupakan hasil dari pengawasan yang dilakukan terhadap 2.011 sarana peredaran, baik dari sarana retail, gudang distributor atau importir," jelas dia.

Baca juga: Puluhan Santri di Sukawangi Bekasi Keracunan, Polisi Amankan Takjil dan Nasi Bungkus

Penny memaparkan, jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan Tahun 2020, hasil temuan tahun ini menunjukkan penurunan produk yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK), baik produk kedaluwarsa, TIE, dan rusak.

"Sebanyak 40,28% temuan merupakan produk yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Dari sejumlah sarana yang diperiksa, juga ditemukan 125.231 kemasan (4.419 item) produk kedaluwarsa, TIE, dan rusak. Terhadap produk TMK tersebut, telah dilakukan pengamanan setempat dan pemusnahan oleh pelaku usaha yang disaksikan oleh petugas pengawas dari Badan POM," lanjut Kepala Badan POM.

Selama bulan Ramadan hingga menjelang hari Raya Idul Fitri, Badan POM bersama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM, yang terdiri dari 33 Balai Besar/Balai POM dan 40 Loka POM di Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia melakukan Intensifikasi Pengawasan Pangan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini