1. Konsolidasi sumber daya (manusia, infrastruktur, anggaran) Iptek untuk meningkatkan critical mass, kapasitas dan kompetensi riset Indonesia demi menghasilkan invensi dan inovasi sebagai fondasi utama Indonesia Maju 2045.
2. Menciptakan ekosistem riset sesuai standar global yang terbuka (inklusif) dan kolaboratif bagi semua pihak, baik akademisi, industri, komunitas, maupun pemerintah.
3. Menciptakan fondasi ekonomi berbasis riset yang kuat dan berkesinambungan dengan fokus digital - green - blue economy.
Menyikapi hal tersebut, Hammam mendukung tiga arahan tersebut dengan menjadi bagian penting dari orkestrasi penyelenggaraan IPTEK dan konsolidasi BRIN.
Ia menyebut bahwa pihaknya akan turut mempersiapkan seluruh landasan hukum operasional bagi lembaga IPTEK dan BRIN dalam menjalankan sejumlah hal.
Baca juga: Empat Lembaga Dilebur Menjadi BRIN
Mulai dari penelitian dan pengembangan serta pengkajian dan penerapan (litbangjirap), invensi dan inovasi secara terintegrasi, serta kejelasan hubungan antar Lembaga penyelenggara IPTEK yang terkait dengan Kementerian Lembaga (K/L) dan seluruh stakeholder ekosistem Quadhelix lainnya.
Menurutnya, hal ini sangat penting dalam mendukung efisiensi anggaran kegiatan riset dan teknologi (ristek) agar pendayagunaan lembaga Iptek dan pembentukan BRIN dapat berlangsung optimal.
"Hal ini perlu untuk menghindari inefisiensi anggaran kegiatan riset dan teknologi di lembaga Iptek dan menghindari tumpang tindih program riset dan teknologi dan hal lain yang menjadi urgensi atas pendayagunaan lembaga Iptek dan pembentukan BRIN," kata Hammam.
Mantan Deputi Bidang Teknologi Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT ini pun berharap bidang kaji terap Iptek di Indonesia akan terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Diharapkan ke depannya, pihaknya mampu melahirkan produk-produk inovatif yang juga dapat diterapkan oleh seluruh komponen bangsa.
"Sebagai lembaga jirap, BPPT akan terus meningkatkan kinerjanya, dengan mendukung seluruh inovasi teknologi untuk mencapai kejayaan di tanah air," kata Hammam.