TRIBUNNEWS.COM - INI Kisah unik yang diceritakan MaulwiSaelan, terakhir berpangkat Brigadir Jenderal TNI dan menjabat Wakil KomandanTjakrabirawa yang saat ini Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, itu mengungkapkan pesawat kepresiden Ir Soekarno, pernah dimasuki orang tak dikenal, yang belakangan disebut sebagai orang gila.
Peristiwa itu terjadi ketika Bung Karno, panggilan akrab Presiden Soekarno, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Tiga Negara Maphilindo (Malaysia, Philipina, dan Indonesia), di Manila, 30 Juli-5 Agustus 1963. Pertemuan untuk membahas sengketa wilayah tiga negara di Asia Tenggara digelar atas prakarsa Presiden Filipina Mancapagal.
Bung Karno bertolak ke Manila menggunakan pesawat kepresidenan C-140 Jetstar, sedangkan anggota delegasi menumpang pesawat Garuda.
Saat itu Maulwi Saelan berperan sebagai pemegang otoritas tertinggi protokol pengamanan presiden dalam kunjungan tersebut.
Jauh hari sebelumnya Maulwi telah mempersiapkan teknis-teknis pengamanan termasuk mengirimtim pendahulu (advanced team) untuk mengecek kondisi lapangan dan mengurus hal-hal yang menjadi persyaratan.
Dalam advanced team bukan hanya personel Tjakrabirawa saja namun juga orang dari bagian Rumah Tangga Kepresidenan.
Muncul persoalan pada siang hari sebelum kepulangan Bung Karno. Pihak bandara mengabarkan pesawat kepresidenan dimasuki orang tak dikenal.
Tentu saja Maulwi khawatir ada sesuatu dalam pesawat itu yang dapat membahayakan keselamatan Bung Karno dan rombongan. Maulwi segera menelepon Brigjen TNI Sabur sebagai Komandan Tjakrabirawa, untuk minta izin mengecek kondisi pesawat dan lapangan.
Namun ketika Maulwi sampai di bandara, oaring misterius yang masuk ke dalam pesawat kepresidenan ternyata sudah tidak ada. Pihak keamanan bandara telah menangkap orang itu.
Petugas keamanan Filipina menyebut orang itu memiliki kelainan jiwa alias orang gila. “Tapi saya nggak percaya begitu saja. Kita kan tidak tah uapa yang dia taruh, apa yang dia lakukan,” ujar Maulwi dalam buku ‘Maulwi Saelan Penjaga TerakhirSoekarno’, karya Aswi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F Isnaeni, dan MF Mukthi, Penerbit BukuKompas, CetakanKedua 2014.
Maulwi kemudian memutuskan pesawat Jetstar itu tidak boleh dipakai Bung Karno pulang ke tanah air. “Satu hari saya tinggal untuk ikut memeriksa satu hari penuh pesawat Jetstar itu,” tambah Maulwi.
Presiden diminta menggunakan pesawat Garuda yang dipakai rombongan delegasi Indonesia. “Kalau ada apa-apa kami kan yang bertanggungjawab,” ujar Maulwi.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti ternyata tak ditemukan benda mencurigakan di dalam pesawat. “Besoknya baru saya berangkat pulang dengan Jetstar.”