News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bursa Capres

Elektabilitas Prabowo Merosot, Akankah Megawati dan Airlangga Jadi King Maker Pilpres 2024?

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO KENANGAN - Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto saat mendaftarkan diri sebagai pasangan capres-cawapres di kantor Komisi Pemilihan Umum Jakarta, Sabtu (16/5). Mereka akan berkompetisi dalam pemilu presiden-wapres pada 8 Juli 2009.(ALIF ICHWAN/KOMPAS)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia merilis hasil survei terbarunya terkait elektabilitas para tokoh sebagai calon presiden (capres) 2024.

Dari hasil survei yang digelar pada pada 27 Mei hingga 4 Juni 2021 kepada 1.200 responden itu, didapat kesimpulan belum ada capres yang masuk kategori kelas premium untuk Pilpres 2024.

Sebabnya, dari sembilan nama calon presiden terkuat yang muncul dalam survei, belum satu pun yang memiliki tingkat elektabilitas di atas 25 persen.

Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan kategorisasi capres "kelas premium" berlaku bagi capres yang memiliki elektabilitas di atas 25 persen.

Sementara dari hasil survei lembaga yang dibesut Denny JA itu, elektabilitas semua capres masih di bawah 25 persen.

”Semua capres yang namanya mengemuka ke publik, termasuk capres veteran Prabowo Subianto, elektabilitasnya di bawah 25 persen," kata Adjie dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/6/2021).

Baca juga: Prabowo Subianto Jadi Presiden Jika Pilpres Digelar Hari Ini Berdasar Hasil Survei SMRC Mei 2021

Dari hasil survei LSI ada sembilan nama capres. Prabowo menempati urutan pertama dengan tingkat elektabilitas 23,5 persen. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyusul di posisi kedua dengan tingkat elektabilitas 15,5 persen.

Baca juga: Elektabilitas Puan 2 Persen, LSI Denny JA: Ada Potensi Capres PDIP Kalah

Berikutnya ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas 13,8 persen.

”Lalu Sandiaga Uno 7,6 persen; Airlangga Hartarto 5,3 persen; Agus Harimurti Yudhoyono 3,8 persen; Puan Maharani 2 persen; Erick Thohir 1,9 persen; dan Pak Moeldoko 0,1 persen,” jelas Adjie.

Baca juga: Megawati Tak Bakal Maju, Prabowo Berpeluang Jadi Capres, Airlangga Bisa Capres atau Cawapres

Adjie menjelaskan pihaknya membuat kategori capres kelas premium dengan batasan 25 persen. Angka 25 persen itu diputuskan lantaran LSI menilai ada kemungkinan empat capres pada 2024.

”Jadi kita ambil 25 persen. Angka di atas 25 persen menunjukkan kandidat yang kuat. Karena itu dari hasil ini belum ada capres yang posisi elektabilitas di atas 25 persen," tegasnya.

Terkait Prabowo sendiri, meski elektabilitasnya teratas dengan 23,5 persen, LSI menemukan data bahwa angka yang ada sekarang jauh menurun dibandingkan suara dukungan pada Pilpres 2019 yang lalu.

"Saat ini elektabilitas paling tinggi. [Tapi] jangan lupa ini sudah jauh merosot. Dukungan Prabowo sudah turun sekitar 20 persen dibanding suara 2019," ungkap Adjie.

Adjie juga mengungkapkan ada resistensi terhadap Prabowo dalam sejumlah isu setiap kali namanya dimunculkan dalam bursa capres. Salah satunya adalah kasus politik 1998 yang selalu menyeret namanya.

"Kasus politik 1998 terus dimunculkan. Kita tidak tahu siapa yang munculkan, tapi selalu muncul dan dikaitkan dengan Prabowo," ujarnya.

Selain itu, segmen pemilih Prabowo juga diprediksi akan berubah di Pilpres 2024. Hal ini dikarenakan banyak pendukung Prabowo yang merasa dikhianati begitu dia bergabung dalam jajaran kabinet pemerintah sebagai Menteri Pertahanan.

"Aura kekalahan beliau sudah tiga kali dan itu semuanya kalah, dan dalam percakapan publik 'Lu lagi, lu lagi' memang memunculkan satu pesimisme, satu hal psikologis yang sulit dibantah Prabowo karena aura kekalahannya sebagai capres [dan] cawapres," jelasnya.

Sementara dari sisi dukungan, Adjie menilai Gerindra baru memiliki 3/4 tiket untuk bisa memenuhi syarat mengusung capres.

Saat ini, Gerindra memiliki 78 kursi di DPR. Setidaknya, Gerindra harus berkoalisi dengan satu parpol untuk bisa memenuhi syarat mengusung capres.

"Gerindra hanya butuh koalisi satu partai. Kecuali PPP karena cuma [punya] 19 kursi," tuturnya.

Dengan elektabilitas individu dan jumlah kursi Gerindra di DPR, Prabowo dinilai akan kembali maju sebagai capres. Sehingga tidak mungkin Prabowo bersedia maju sebagai cawapres.

"Sulit dibayangkan Prabowo bersedia jadi cawapres. Meski di politik semua bisa terjadi, namun kelas Prabowo seorang capres, bukan cawapres," pungkasnya.

King Maker

Selain belumnya ada capres yang masuk kategori capres kelas premium, surveinya LSI juga mencatat bahwa ada tiga tokoh yang bakal menjadi king/queen maker penentu jalannya Pilpres 2024.

Tiga tokoh itu yakni Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

Adjie mengatakan, Megawati menjadi salah satu queen maker lantaran PDIP dapat mengusung capres sendiri di 2024 tanpa harus berkoalisi. Sebab PDIP memiliki 128 kursi di parlemen sehingga memenuhi syarat presidential threshold.

Megawati Soekarnoputri

Namun, kata dia, Megawati tak mungkin maju sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024. "Namun queen maker Megawati saat ini kecenderungannya menjadi tokoh bangsa atau ibu bangsa."

"Artinya, kecil kemungkinan intensi Megawati maju capres, cawapres lagi. Bukan era atau zamannya lagi Ibu Mega maju capres, cawapres," kata Adjie.

Selain Megawati, Airlangga juga dinilai dapat memegang kendali di Pilpres 2024 karena Golkar memiliki 85 kursi di parlemen. Artinya hanya butuh penambahan 30 kursi untuk mencalonkan diri sebagai capres cawapres.

Selain itu Adjie menjelaskan, posisi Airlangga di Pilpres 2024 juga dinamis. Sebab, Menko Perekonomian itu memiliki peluang menjadi capres atau cawapres.

"Jika salah satu partai yang saat ini punya kursi DPR (kecuali PPP) ikut berkoalisi dengan Golkar maka sudah cukup memenuhi syarat pencalonan. Airlangga berpotensi menjadi capres maupun cawapres," ujarnya.

Begi pula denga Gerindra hanya butuh berkoalisi dengan satu partai untuk mencalonkan Prabowo. Namun Prabowo kata dia hanya akan menjadi capres, bukan cawapres.

"Perolehan kursi 78 di DPR artinya bahwa Gerindra baru capai 3/4 tiket untuk bisa penuhi syarat capres butuh 37 kursi lagi.

Namun Prabowo sebagai king maker di Gerindra kemungkinan hanya berpotensi sebagai capres karena istilahnya Prabowo sudah naik pangkat," kata dia.

"Dua kali beliau jadi capres. Jadi kalau call-nya cawapres itu adalah Prabowo 12 tahun lalu. Sulit dibayangkan Prabowo bersedia jadi cawapres meski di politik semua bisa terjadi namun kelas Prabowo seorang capres bukan cawapres," ujar dia.(tribun network/dit/den/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini