- Redaktur Harian Republika (1993-1998)
- Manajer Riset Media di perusahaan riset pemasaran transnasional, Taylor Nelson Sofres (1998-1999)
- Direktur Media Watch & Consumer Center (2000-2001)
- Anggota Kelompok Kerja Tim Antardepartemen RUU Penyiaran, Kementrian Negara Komunikasi dan Informasi (2001)
- Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001-2003)
- Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Internews (2001-2002)
- Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004-2007)
- Anggota tim asistensi bagi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dalam penyiapan naskah Rancangan Undang-undang P0rn0grafi (2007-2008)
- Pemimpin Redaksi Madina-online.net, sebuah versi dunia maya dari majalah Madina yang dipimpinnya (2008-2009)
- Direktur Komunikasi, Saiful Mujani Research and Consulting (2014-sekarang).
Bela Jokowi, Ade Armando Bantah Dibayar Istana
Soal tweet-tweetnya yang bernada membela Jokowi, Ade Armando membantah mendapat bayaran dari Istana.
Dikutip dari TribunTimur, hal itu sampaikan Ade saat menjadi narasumber dalam program Kick Andy Double Check Metro TV dengan tema Perang Akal di Media Sosial yang videonya diposting di YouTube metrotvnews, Senin (21/6/2021).
Dalam acara itu, Ade menjadi narasumber bersama dua pegiat media sosial yang dikenal sebagai pendukung Jokowi yakni Denny Siregar dan Eko Kuntadhi.
Andy F. Noya selaku host awalnya menanyakan soal tudingan Buzzer yang disematkan kepada ketiganya.
Berawal dari foto Jokowi bersama para pegiat media soal, termasuk mereka bertiga.
Foto itu beredar dengan narasi Buzzer Jokowi.
"Inilah yang menjadi keyakinan orang-orang yang Anda tuduh begitu ya. Mereka melihat tuduhan-tuduhan Anda ini betul-betul murni karena bayaran. Jadi Anda ini adalah Buzzer," kata Andy.
"Pertanyaan saya sederhana. Emang berapa pendapatan Anda ini," tanya Andy.
Pertanyaan Andy disambut tawa.
Denny Siregar pun menjawab dengan candaan.
"Ya kadang-kadang tiga miliar, kadang-kadang lima miliar sebulan," kata Denny Siregar sambil tertawa.
"Ini dikutip loh Den. Ini dikutip jadi judul besok," timpal Ade Armando.
Denny Siregar dan Ade Armando tertawa.
"Ini, yang kayak gini-gini loh," kata Ade Armando menunjuk Denny Siregar.
"Yang dipotong (diedit)," timpal Andy.
"Ya masih mendinglah daripada tiga puluh setengah juta sebulan," kata Denny Siregar.
Andy pun kembali bertanya soal tudingan Buzzer yang disematkan kepada ketiganya.
"Jadi tuduhan Buzzer ini. Karena faktanya Anda itu, Anda bertiga ini, seakan-akan kalap membela Pak Jokowi. Apapun yang disampaikan Pak Jokowi, benar. Apapun yang menyerang pak Jokowi, kalian lawan," kata Andy.
Eko Kuntadhi pun bersuara.
Menurut Eko Kuntadhi, posisi mereka di Pilpres memang tegas mendukung Jokowi.
"Sehingga kemudian pada saat pemilu-pemilu itu kan kita ketemu sama Pak Jokowi sebagai fans gitu, di foto-lah," kata Eko Kuntadhi.
"Foto-foto tadi," timpal Andy.
"Ya ramailah beredar ke mana-mana," lanjut Eko Kuntadhi.
Jadi, lanjut Eko Kuntadhi, foto itulah yang kemudian memunculkan stigma Buzzer.
Eko Kuntadhi pun menjelaskan bahwa mereka tidak serta merta mendukung semua kebijakan Jokowi.
Sejumlah hal yang dikritik seperti tim Komunikasi Jokowi yang tidak begitu bagus, kebijakan Menteri Agama terdahulu yang memberikan ruang untuk FPI, hingga UU Cipta Kerja.
"Artinya gini, diantara kita bahkan sering berbeda pendapat soal kebijakannya Pak Jokowi," kata Eko Kuntadhi.
Namun, lanjut Eko, pihaknya memperhatikan bahwa para pengkritik Jokowi tampak tidak rasional.
"Komunikasinya atau alasannya banyak yang irasional (tidak rasional)," kata Eko.
"Misalnya?," tanya Andy.
Eko Kuntadhi pun mencontohkan soal pembatalan ibadah haji 2021.
Banyak beredar isu soal pembatalan hati tersebut.
Mulai dari tudingan Indonesia dekat dengan RRC hingga karena HRS diadili.
"Ada yang, mantan menteri bilang bahwa ini karena tahun lalu kita masih hutang, jamaah haji kita masih hutang, sehingga di Saudi nggak terima lagi, harus bayar hutang. Tahun lalu kan kita nggak berangkatkan haji," kata Eko.
"Jadi menurut kita kan aneh kalau kita nggak melakukan counter terhadap isu-isu yang dibawa ini secara irasional," jelas Eko.
Baca juga: Fadli Zon Kecam Pemanggilan BEM UI oleh Rektorat: Membungkam Kebebasan Berekspresi, Memalukan
Andy pun bertanya soal tudingan dibayar pihak istana.
"Dengan cerita ini, Anda hendak mengatakan bahwa Anda tidak dibayar oleh istana," tanya Andy.
"Tidak," tegas Eko Kuntadhi.
"Kalau Anda," tanya Andy kepada Ade Armando.
Ade Armando tertawa.
"Tetap harus dijawab. Jangan ketawa," ujar Andy.
"Nggak. Nggak. Tidak ya, tidak. Pak Jokowi dengar ya. Kan memang tidak dibayar saya," kata Dosen UI itu.
(Tribunnews.com/Daryon) (TribunTimur)(Tribunewswiki)