Laporan wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para petani di Indonesia disarankan untuk menggunakan pupuk secara rasional agar tidak berdampak buruk terhadap tanah.
Hal tersebut diungkap pengamat pertanian Khudori menyikapi banyaknya petani mengeluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi.
Ia melihat mahalnya pupuk non subsidi masih relatif.
Apalagi jika dibandingkan dengan pupuk bersubsidi.
"(Disebut) mahal kalau dibandingkan dengan pupuk bersubsidi. Disparitas harganya memang cukup jauh," Khudori, Kamis, (29/7/2021).
Meski begitu, menurutnya pemerintah bisa mendorong harga pupuk non subsidi ini lebih terjangkau.
Baca juga: Arahan Moeldoko Bina Petani Garam Dapat Pujian
Karena harga yang terjangkau itu menjadi salah satu faktor yang menentukan bagaimana produk bisa bersaing.
"Sebab produksi utama pupuk domestik itu masih BUMN," katanya.
Di sisi lain, alokasi pupuk subsidi sejak dulu memang terbatas.
Karena ini terkait dengan anggaran subsidi yang ditentukan pemerintah bersama DPR.
"Sejak dulu anggaran subsidi memang terbatas. Makanya (alokasi) subsidi yang diberikan juga terbatas," ujar Khudori.
Baca juga: Lahan Terbatas dan Bergantung Cuaca, Produksi Garam Nasional Belum Optimal
Meski terbatas seperti itu, yang paling penting sebenarnya adalah penggunaan pupuk yang rasional.
Karena penggunaan yang berlebihan justru berdampak buruk bagi tanah.
"Yang jadi masalah itu, menurut sejumlah riset menunjukan saat ini penggunaan pupuk oleh petani sudah tidak rasional," katanya.
"Jika kita jadikan pedoman, mestinya petani harus mulai rasional dalam memupuk," ujarnya.