TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan baju adat suku Baduy saat menyampaikan pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR, Senin (16/8/2021) pagi.
Diberitakan Tribunnews.com, Jokowi tiba di Gedung Parlemen sekitar pukul 08.06 WIB.
Saat tiba, Presiden Jokowi disambut masuk drum band.
Presiden Jokowi tampak mengenakan baju adat suku Baduy.
Pakaian adat itu berwarna hitam dan dilengkapi ikat kepala biru.
Baca juga: Gaya Jokowi Kenakan Pakaian Adat Baduy, Lengkap dengan Tasnya di Sidang Tahunan MPR
Sebelum Jokowi tiba, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin lebih dulu tiba di Kompleks Parlemen sekitar pukul 07.42 WIB.
Baju adat suku Baduy yang dikenakan Jokowi ini juga dikonfirmasi oleh pihak Kantor Staf Presiden (KSP) melalui akun Twitter resmi mereka.
"TERNYATAAAAA… Busana yang dipakai Presiden adalah pakaian adat Suku Baduy, yang berada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten," tulis @KSPgoid.
Masih menurut KSP, Jokowi memilih menggunakan pakaian adat suku Baduy sebagai penghormatan atas nilai adat dan budaya luhur suku Baduy.
"Presiden @jokowi memilih menggunakan pakaian adat suku Baduy sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pada keluhuran nilai2 adat dan budaya suku Baduy," tulis @KSPgoid lagi.
Tentang Baju Adat Suku Baduy
Dikutip dari situs Budaya Indonesia, IndonesiaKaya.com, Suku Baduy memiliki aturan adat yang kuat termasuk dalam hal pakaian.
Pakaian adat Baduy ini memiliki ciri khas dari sisi warna maupun desainnya.
Hitam dan putih menjadi warna dominan dari pakaian adat suku Baduy.
Baju adat untuk laki-laki bernama jamang sangsang.
Desainnya sederhana.
Baju ini berlengan panjang dengan cara pakai hanya disangsangkan atau hanya dilekatkan pada tubuh.
Pada bagian leher berlubang sampai dada dan tidak menggunakan kerah.
Selain itu, pada baju ini juga tidak menggunakan kancing dan kantong.
Baca juga: Pakai Baju Adat Suku Baduy, Presiden Jokowi Tiba di Kompleks Parlemen
Baju adat ini didominasi warna putih dan tidak boleh dijahit menggunakan mesn jahit.
Warna putih pada baju diartikan dengan kehidupan mereka yang suci dan tidak terpengaruh budaya luar.
Warna ini hanya dikhususkan bagi Suku Baduy Dalam.
Sementara masyarakat Baduy Luar mereka menggunakan baju kampret berwarna hitam atau biru tua.
Berbeda dengan Baduy Dalam, baju adat Baduy Luar ini menggunakan kancing dan kantong, menunjukkan baju ini sudah terpengaruh budaya luar.
Pada bagian bawah atau celana, Suku Baduy hanya menggunakan kain biru kehitaman yang dililitkan pada bagian pinggang.
Celana ini diikat dengan selembar kain yang berfungsi sebagai ikat pinggang.
Sedangkan di bagian atas, kain ikat kepala digunakan sebagai penutup.
Ikat kepala ini dibedakan menjadi dua warna, putih dan biru tua.
Warna putih bagi suku Baduy Dalam dan warna biru tua bercorak batik untuk suku Baduy Luar.
Umumnya Suku Baduy baik luar maupun dalam selalu membawa bedog atau golok dalam kesehariannya.
Aksesoris lainnya sebagai tambahan pakaian adat Suku Baduy yaitu tas yang terbuat dari kulit kayu pohon terep.
Tas yang disebut koja atau jarog ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Suku Baduy.
Karena tas ini berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang dibutuhkan suku yang mendiami wilayah Banten ini.
Dari penjelasan di atas, baju adat Suku Baduy Luar itu yang dikenakan oleh Jokowi.
Dibuat dari Alam
Tidak hanya soal warna dan desainnya, adat suku Baduy juga mengatur soal cara pembuatan baju adat.
Bahan baju adat suku Baduy didapatkan langsung dari alam.
Hal ini didukung oleh pegunungan yang kaya hasil alam dan telah menjadi tempat tinggal Suku Baduy sejak bertahun-tahun lamanya.
Prosesnya dimulai dengan menanam biji kapas sampai nantinya panen.
Baca juga: Jenny Mahastuti Jatuh Cinta Pada Kearifan Lokal Suku Baduy
Selanjutnya, kapas hasil panen sendiri itu kemudian dipintal menjadi benang dan ditenun oleh kaum perempuan suku Baduy.
Bahan inilah yang nantinya akan dibuat menjadi baju adat dan dipakai sehari-hari untuk beraktivitas.
(Tribunnews.com/Daryono/Chaerul Umam) (IndonesiaKaya/Riky)