TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 pada kisaran 5 persen sampai 5,5 persen.
Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengatakan, target tersebut hanya bisa dicapai dengan syarat jangkauan vaksinasi sudah 90 persen, dan tidak ada varian baru virus Covid-19 pada tahun depan.
Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, Kamrussamad menyebut target pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5 persen akan sulit dicapai.
"Target tersebut bisa saja dikoreksi ke bawah, atau lebih rendah capaiannya," kata Kamrussamad saat dihubungi, Senin (16/8/2021).
Politikus Gerindra itu pun mengingatkan pemerintah untuk berhati - hati dalam menjaga roda ekonomi nasional, karena situasi ke depan masih penuh dengan ketidakpastian.
"Karena itu, APBN yang adaptif dan fleksibel diperlukan dalam menghadapi tantangan ekonomi tahun depan," ucapnya.
Selain itu, Kamrussamad juga meminta target pertumbuhan ekonomi harus berkorelasi positif terhadap penciptaan lapangan kerja, pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Anggaran Kesehatan Rp 255,3 Triliun di RAPBN 2022
"Industri padat karya dan industri pengolahan menjadi kunci penciptaan lapangan kerja," tutur Kamrussamad.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 pada kisaran 5 - 5,5 persen.
Asumsi tersebut berdasarkan pada kebijakan reformasi struktural, serta memperhitungkan dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia.
"Asumsi indikator ekonomi makro yang kami pergunakan di tahun 2022 adalah sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan pada kisaran 5,0 persen sampai 5,5 persen," kata Jokowi dalam Pidato APBN Tahun 2022 Beserta Nota Keuangan di Rapat Paripurna DPR RI, Senin, (16/8/2021).
Pemerintah, kata Jokowi, akan berusaha semaksimal mungkin mencapai target pertumbuhan di batas atas, yaitu 5,5 persen.
Meskipun demikian kewaspadaan tetap harus dijaga mengingat perkembangan Covid-19 masih sangat dinamis.
"Kita akan menggunakan seluruh sumber daya, analisis ilmiah, dan pandangan ahli untuk terus mengendalikan Pandemi Covid-19," katanya.
Dengan seperti itu kata Presiden pemulihan ekonomi dan kesejahteraan sosial dapat dijaga serta terus dipercepat dan diperkuat.
Selain itu dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural.
"Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.