TRIBUNNEWS.COM - Simak budaya, pakaian adat hingga tarian daerah Suku Baduy dalam artikel ini.
Suku Baduy merupakan suku asli Sunda yang tinggal di Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten.
Suku Baduy terbagi menjadi dua yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam menjalankan aturan adat saat pelaksanaannya.
Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik.
Sementara Suku Baduy Luar sudah terkontaminasi dengan budaya luar selain Baduy.
Baca juga: Mengenal Pakaian Adat Suku Baduy di Banten, Berikut Penjelasan dan Jenis-jenisnya
Baca juga: FAKTA Tentang Baju Adat Suku Baduy yang Dikenakan Jokowi saat Pidato di Sidang Tahunan MPR
Budaya dan Nilai
Masyarakat Suku Baduy memiliki aturan adat yang kuat.
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk Agama Islam dengan semangat religius yang sangat tinggi.
Namun, mereka tetap bisa hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain.
Potensi dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain Seni Bela Diri Pencak Silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor.
Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan peninggalan lainnya.
Dikutip dari bantenprov.go.id, Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya.
Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng.
Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak.
Bahasa Suku Baduy
Penduduk Asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno.
Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal).
Tingkatan tersebut pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat).
Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran, Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa.
Kemudian, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi.
Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.
Senjata Tradisional Suku Baduy
Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara.
Hingga saat ini kita juga bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat.
Ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya.
Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon.
Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia.
Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.
Pakaian Adat Suku Baduy
Pakaian adat Banten pada pria mengenakan pakaian model baju koko dengan lehernya yang tertutup.
Serta pakaian bawahnya dilengkapi celana panjang serta diikatkan dengan kain batiknya.
Pada bajunya dikenakan ikat pinggang dan diselipkan sebilah parang di bagian depan.
Serta di bahu diselempengkan sehelai kain.
Sedangkan pakaian adat Banten pada wanitanya, memakai baju adat kebaya serta kain batin sebagai bawahannya.
Pakaian ini juga diselempangkan sehelai kain di bahu dan dihiasi dengan bros kerajinan tangan pada bagian depan kancing kebayanya.
Pada rambut di sanggul dan dihiasi dengan kembang goyang berwarna keemasan.
Tarian Daerah
Tarian daerah Suku Baduy adalah Tari Topeng.
Tarian ini dilakukan oleh satu orang pria atau lebih sesuai dengan kebutuhan.
Gerakkan tari ini tempak gemulai.
Tarian topeng mengisahkan tentang seorang rasa yang balas dendam karena cintanya yang ditolak.
Kebudayaan di Banten
1. Kebudayaan Pencak Silat
Kebudayaan pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari budaya asli bangsa Indonesia. Disinyalir dari abad ke 7 Masehi silat sudah menyebar ke pelosok nusantara.
Banten yang namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya juga penyebarannya tidak terlepas dari ajaran agama Islam.
Tidak heran banyak nama dari jurus dan gerakan perguruan silat asli Banten diambil dari aksara dan bahasa arab.
Pencak silat Banten mulai dikenal seiring dengan berdirinya kerajaan Islam Banten yang didirikan pada abad 15 masehi dengan raja pertamanya Sultan Hasanudin.
2. Kebudayaan Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten.
Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570).
Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.
Di Banten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya.
(Tribunnews.com/Yurika)