TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri meminta bangsa Indonesia belajar dari apa yang terjadi Afghanistan usai tampuk kekuasaan di negara diambil alih Taliban.
Dia awalnya menyerukan kepada para pemuda untuk terus menggelorakan kemerdekaan Indonesia.
"Kamu yang sekarang sudah merdeka, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Kalau tanpa itu kamu tidak akan menjadi siapa-siapa," kata Megawati dalam sambutannya di acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Besakih, Rabu (18/8/2021)
Megawati pun meminta bangsa Indonesia belajar dari apa yang terjadi di Afghanistan.
"Coba bayangkan kalau lihat di berita, seperti apa di Afghanistan sekarang. Begitu banyak orang yang mau mengungsi. Dan tidak ada guarantee, kalau bukan kita sendiri yang menyatakan kemerdekaan kita dan menjaga kemerdekaan," tambahnya.
Dirinya tak lupa mengingatkan agar pemuda Indonesia mewaspadai penjajahan. Pasalnya, sebagai generasi tua Indonesia, dia hanya bisa memberikan wejangan.
"Jangan, kita enggak tahu bisa dijajah. Jangan. Saya, pemimpin-pemimpin yang sudah akan fading away, passed away. Ini bisa kan omong begini, kalian yang akan melaksanakan. Jadi bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Tidak sembarangan loh bikin Indonesia Raya. Itu luar biasa," ujar Ketum PDIP tersebut.
Diketahui, Media Barat telah 'blak-blakan' melaporkan pemberitaan mengenai perebutan ibu kota Afghanistan, Kabul, yang dilakukan secara cepat oleh gerilyawan Taliban.
Baca juga: Sehari Setelah Taliban Berkuasa, Hotel-hotel di Kabul Takut Putar Musik, Toko-toko Tutup
Kelompok militan itu telah berhasil menduduki hampir seluruh wilayah Afghanistan, sebelum akhirnya memasuki kota tersebut.
Perlu diketahui, pada 6 Agustus lalu, Taliban telah merebut Lashkargah, pusat administrasi Provinsi Helmand Afghanistan, lalu sepuluh hari kemudian, mereka merebut Kabul.
Sebelumnya, intelijen Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa pemerintahan Afghanistan bisa runtuh sekitar enam bulan setelah penarikan pasukan AS.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (16/8/2021), serangan militan ini muncul dengan dilatarbelakangi penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan.
Ini seiring dengan kesepakatan damai yang tercapai antara pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump dan Taliban pada awal 2020.
Menariknya, sebagian besar media barat bereaksi sangat kritis terhadap peristiwa yang terjadi pada hari Minggu kemarin.
Mereka menerbitkan artikel yang menampilkan berita utama dengan judul yang berfokus pada runtuhnya pemerintah Afghanistan, pengunduran diri Presiden Ashraf Ghani, dan pemberontak yang ternyata dapat memasuki kediamannya.
Pada hari Minggu kemarin, Taliban telah berhasil menguasai Kabul, hal ini yang akhirnya membuat Presiden Ashraf Ghani mengumumkan pengunduran dirinya dan meninggalkan negara itu.
Ia mengatakan keputusannya tersebut didasarkan pada keinginannya untuk mencegah kekerasan terjadi, karena Taliban diduga siap melakukan serangan di ibu kota.