TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik internasional sekaligus Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) Arya Sandhiyudha mengatakan masih banyaknya warga Afghanistan yang mengungsi menunjukkan ketakutan dan traumatik pada Taliban ketika berkuasa 1999-2000 lalu masih ada.
Hanya saja, Arya menilai pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban tidak boleh dipandang skeptis.
"Penguasaan oleh Taliban, tidak boleh langsung dipandang skeptis, mereka perlu diberikan ruang dan waktu pembuktian. Akan tetapi, perlu dimaklumi beberapa catatan penting kenapa masih ada sebagian ketakutan dan traumatik masih ada di sebagian kekuatan kawasan, serta negara-negara dunia," ujar Arya, ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (21/8/2021).
Arya lantas menyoroti sikap dan respon berbeda dari negara tetangga sekitar Afghanistan. Seperti halnya Iran dan Pakistan yang memiliki kecenderungan pemihakan kepada Taliban.
Tentu sikap dan respon berbeda akan ditunjukkan Tajikstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Kyrgystan dalam pandangan para pengungsi.
Baca juga: Kepala BNPT Sebut Ada Pihak yang Berusaha Galang Simpatisan Lewat Isu Taliban
Sementara, Turki, sudah membangun tembok tambahan, menambah pasukan, serta drone di perbatasan untuk mencegah pengungsi ilegal dari Afghanistan.
Kemudian negara-negara besar di sekitar kawasan seperti China dan Rusia, jelas mengembangkan respon yang berbeda dengan negara yang melihat dengan bias persepsi Amerika Serikat.
Meski respon dari negara tetangga sekitar Afghanistan berbeda-beda, Indonesia dengan prinsip politik luar negeri bebas-aktif diharapkan Arya akan menjalin hubungan internasional dengan pihak manapun yang menjadi representasi resmi Afghanistan.
Apabila transisi kekuasaan kepada Taliban berlangsung lancar dan mulus, Indonesia diharapkan juga akan melancarkan interaksi.
Sebab, lanjut Arya, usia panjang hubungan kedua bangsa dan rakyat, serta kepentingan nasional atas kerjasama ekonomi-perdagangan, politik-diplomatik, budaya-peradaban, tentunya akan lebih dikedepankan sebagai respon.
"Disamping tentunya, Indonesia selalu siap mengambil peran membantu Afghanistan dalam peningkatan kapasitas pengelolaan lembaga publik dan pemerintahan, pendekatan Hak Asasi Manusia, termasuk penghormatan kepada kaum perempuan dan minoritas," kata Arya.
"Indonesia memiliki jejak interaksi dengan semua pihak di Afghanistan, termasuk dengan Taliban. Ini merupakan modal sosial politik yang positif dalam bingkai kepentingan nasional Republik Indonesia di Afghanistan," imbuhnya.