TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Seorang pria yang mengaku jenderal bintang dua dianiaya warga sekampung karena bertindak arogan.
Meski awalnya bilang siap damai dalam menyelesaikan kasus ini, nyatanya pria yang mengaku jenderal bintang dua ini melapor ke polisi.
Peristiwa penganiayaan yang dialami pria mengaku jenderal bintang dua itu terjadi di Garut, Jawa Barat.
Tepatnya di Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Laporan polisi dari pria mengaku jenderal bintang dua ini dibuat di Polda Jawa Barat.
Namun polisi tak membeberkan identitas sang jenderal bintang dua yang diduga berasal dari TNI AU itu.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Erdi A Chaniago mengatakan laporan dugaan penganiayaan ini mereka terima dari seseorang berinisia; YIS, Sabtu (21/8) sore.
"Sejauh ini masih didalami di Ditreskrimum Polda Jabar, laporannya soal penganiayaan," ujar Erdi kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, Minggu (22/8/2021).
Baca juga: Mengaku Jenderal TNI Malah Dipukul, Pria di Warga Ini Melapor ke Polisi
Kata dia, kini kasusnya sedang ditindaklanjuti Ditreskrimum Polda Jabar.
"Akan diproses. Nanti akan klarifikasi dulu pada beberapa saksi yang ada saat kejadian," ujarnya.
Kronologi Pria Mengaku Jenderal Bintang Dua Dianiaya Warga
Ramainya kejadian ini berawal dari beredarnya surat dengan kop Pemkab Garut Kecamatan Samarang Desa Sukalaksana yang isinya soal kronologi dugaan peristiwa penganiayaan pria mengaku jenderal bintang dua.
Kepala Desa Sukalaksana, Oban Sobana, mengatakan peristiwa penganiayaan yang diduga dilakukan warganya kepada seorang jenderal bintang dua ini berawal dari keributan yang terjadi di pertigaan Jalan Waluran Lebak, pada Kamis (19/8/2021).
Saat itu, seorang pengendara berinisial YIS, yang mengaku seorang jenderal bintang dua memaksa warga yang ada di lokasi untuk membongkar patok besi pinggir jalan.
Padahal patok besi itu berfungsi membatasi masuknya truk ke jalan utama desa.
Sedangkan meski ada portal, berbagai jenis kendaraan, bahkan truk engkel pengangkut sayuran masih bisa melewati pertigaan itu.
Saat itu warga menolak permintaan sang jenderal bintang dua.
Warga kemudian mempertanyakan apakah sang jenderal itu sudah mendapatkan izin dari pemerintah desa untuk membongkar patok tersebut.
Mendapat pertanyaan itu, kata Oban, pria yang mengaku jenderal bintang dua itu justru marah.
Pria itu kemudian mengancam warga sambil mengacungkan golok.
Dia juga meminta warga menghadirkan kepala desa.
"Karena katanya, 'jangankan kepala desa, bupati, atau gubernur sekalipun bisa ia berhentikan dari jabatannya saat itu juga'," kata Oban menirukan perkataan YIS saat itu.
Karena merasa takut akhirnya warga yang ada di sana menuruti perintah YIS.
YIS, kata Oban, kemudian membawa patok besi itu menggunakan mobilnya menuju Kampung Sangiang Lawang, Desa Parakan.
Kejadian tersebut rupanya menyulut emosi warga.
Akhirnya sekitar 150 orang warga berangkat menyusul YIS untuk mempertanyakan sikap dan tindakannya mengancam warga dan membongkar patok.
Namun, kedatangan warga tersebut disambut dengan kata-kata mencemooh.
"Dia mempertanyakan mau apa pada datang, 'apakah untuk melakukan tindakan kriminal', sambil mengacungkan kembali golok yang dipegangnya," kata Oban.
Hal arogan itulah yang membuat warga semakin geram hingga melakukan tindakan pemukulan.
YIS kemudian diselamatkan oleh dua aparatur Desa Sukalaksana yang datang bersama petugas dari Polsek Samarang.
Awalnya Bilang Siap Damai
Setelah dimediasi oleh perangkat desa dan Polsek Samarang, kata Oban, YIS dan warga akhirnya bisa saling memaafkan dan berdamai.
Namun, pada malam harinya, YIS ternyata pulang ke Bandung dan membuat pengaduan penganiayaan ke Polda Jabar.
"Untuk itu, saya sebagai kepala desa dan mewakili seluruh warga, sangat mengharapkan bantuan dari berbagai pihak terkait, yang mampu melihat situasi serta kondisi yang dihadapi dengan lebih jernih, adil, serta bijaksana," ujarnya.
Ia juga berharap persoalan ini dapat selesai dengan baik.
"Kami mengharapkan keadilan dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya, sehingga masyarakat akan mendapatkan rasa aman dan terlindungi dalam segala kondisi yang dihadapi," ujarnya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan belum ada komentar dari YIS terkait dugaan penganiayaan yang ia laporkan ke Polda Jabar ini.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau), Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah, S.Sos, juga belum dapat memberikan pernyataan terkait peristia ini.
"Mohon waktu, saya cek ke jajaran terkait," ujarnya kepada Tribun.