Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan penyebab tingginya angka stunting di daerah.
Penyebab stunting, menurut Muhadjir, dikarenakan masalah kurangnya asupan gizi kronis pada anak, rendahnya cakupan akses air dan sanitasi penduduk.
Serta rendahnya pendidikan orang tua, pola asuh yang salah, dan kurangnya tenaga kesehatan terutama ahli gizi dalam pemantauan perkembangan balita.
Baca juga: Wapres Tugaskan Kepala BKKBN Pastikan Tercapainya Penurunan Angka Stunting
"Kita sadar semua tantangan yang kita hadapi tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin untuk kita selesaikan. Semoga dengan petunjuk pertolongan dari Allah SWT apa yang kita harapkan bisa kita laksanakan dengan baik," kata Muhadjir melalui keterangan tertulis, Selasa (24/8/2021).
Menurut Muhadjir, pandemi Covid-19 memberikan pengaruh besar kepada peningkatan stunting pada kelompok miskin yang akan berdampak kepada menurunnya daya beli terhadap pangan bergizi.
Baca juga: Pandemi Picu Melambatnya Laju Penurunan Kasus Stunting
Pandemi Covid-19, kata Muhadjir, telah memunculkan banyak keluarga miskin baru.
Misalnya saja di perkotaan, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di perkotaan telah naik sebanyak 138,1 ribu orang, dari 12,04 juta orang pada September 2020 menjadi 12,18 juta orang pada Maret 2021.
Muhadjir mengatakan, Presiden RI Joko Widodo telah mencanangkan target penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Sehingga, menurutnya, butuh kerja keras bersama semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dukungan organisasi kemasyarakatan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan kunci penyebab stunting.
Baca juga: Penurunan Kasus Stunting akan Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
"Percepatan penurunan stunting perlu terus diperbaiki melalui berbagai evaluasi dan disesuaikan dengan kultur, sumber pangan lokal, upaya-upaya berkelanjutan sehingga menjadi budaya perbaikan gizi bagi penerus bangsa," pungkas Muhadjir.
Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan manusia Indonesia.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,7 persen.
Data World Bank tahun 2020 menunjukkan, prevalensi stunting Indonesia berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia.