Dengan demikian, kata dia, jika kelak kemudian hari Agus disebut the thinking general, itu karena dari muda pun Agus sudah berpikir.
"Tentunya berpikir sambil menjalankan tugas-tugas profesional. Itu tanggapan saya yang pertama. Tepat judul buku ini, tepat tema buku ini," kata Agus.
Kedua, lanjut SBY, terkait dengan judul ia mempertanyakan benarkah seorang Agus hanya menjadi perwira pemikir atau the thinking general?
SBY mengatakan dulu memang ada mitos di dunia militer yakni ada yang mengatakan perwira itu tergolong dua yaitu ada perwira lapangan dan perwira pemikir.
Namun menurutnya, penggolongan itu menyesatkan.
Ia menjelaskan dalam dunia militer terkait perang, pertempuran, strategi, taktik, doktrin, kepemimpinan militer, pembinaan latihan, dan semua, itu modal yang harus dilakukan para pemimpin militer adalah bagaimana melakukan itu semua agar berhasil dengan baik.
Oleh karenanya, kata dia, sejak akademi militer sampai purna tugas, perwira militer dilatih untuk melakukan semuanya termasuk untuk berpikir taktis dan strategis baik itu di lingkup penugasan di masa damai maupun penugasan di masa perang.
Oleh karena itu, kata dia, mitos seperti itu harus dipatahkan dan memang sepatutnyalah perwira semakin tinggi pangkatnya, semakin besar tanggung jawabnya, maka harus semakin lengkap dalam segala aspeknya.
Menurutnya hal tersebut termasuk mengembangkan pemikiran strategis di masa damai untuk pengembangan kekuatan modernisasi alutsista dan memenangkan peperangan di masa perang.
"Dan Pak Agus, karena saya mengenal secara dekat, bukan hanya bisa berpikir, perwira mikir tetapi juga perwira profesional sebagaimana yang dimiliki perwira yang lain," kata SBY.
Ketiga, lanjut dia, harus diakui bahwa pemikiran Agus memang kuat dan sering tidak biasa sejak sejak muda bahkan sampai sekarang purnatugas.
Ia menceritakan di masa genting 1998 dan 1999 mereka sejumlah perwira lainnya adalah yang merumuskan cetak biru, agenda, dan arah reformasi TNI dan Polri serta ambil bagian dalam reformasi nasional.
"Nah di situ memang saya harus sampaikan bahwa beliau memiliki kemampuan berpikir melihat ke depan, berangkat dari idealisme, tetapi cukup pragmatis mana yang bisa diterapkan dan belum bisa diterapkan di negeri tercinta ini," kata SBY.
SBY mengatakan ketika ia memimpin Indonesia sebagai presiden, Agus juga berkontribusi dalam banyak hal untuk bersama menyelesaikan kepentingan bangsa.