Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah membongkar adanya praktik mafia alat kesehatan (Alkes) impor.
Peneliti YLKI Agus Suyatno, mengatakan jangan sampai alkes menjadi ladang bisnis di tengah pandemi, karena akan berdampak pada rendahnya tracing Covid-19 dan mahalnya harga alat untuk tes PCR dan swab antigen.
Baca juga: KSP Kunjungi Produsen Alkes Dalam Negeri, Moeldoko: Saya Bangga Produk Lokal Ini Bantu Pemerintah
"Aparat penegak hukum harus memberantas praktik impor alkes PCR maupun antigen karena ini masa pandemi jangan sampai dipolitisir atau pun dibuat ladang bisnis," kata Agus Suyatno saat dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (27/8/2021).
Menurut Agus, pemerintah harus segera benahi dan dinvestigasi lebih jauh apakah memang benar ada mafia impor alkes tersebut.
"Kalau memang terbukti dan kemudian diberikan pemerintah dan ini ujungnya meresahkan konsumen karena harganya lebih mahal harus ditindak tegas," ucapnya.
Pemerintah harus mempunyai kemauan politik agar lebih mudah dalam memberantas para mafia alkes tersebut.
Baca juga: Panglima TNI Perintahkan TNI AU Kirim Bantuan Alkes dan Obat-obatan ke Riau dan Bangka Belitung
Disamping itu pemerintah seharusnya bisa mengembangkan produk anak bangsa agar harga PCR atau pun antigen agar harganya lebih murah.
"Salah satu solusinya bisa mengembangkan produk anak bangsa yang mungkin lebih bisa murah dan ini tentu saja meringankan beban masyarakat karena akan menjadi kebutuhan masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan sebagian besar alkes dan obat-obatan bisa diproduksi di dalam negeri.
“Semua alkes dan obat-obat ini sebanyak mungkin akan dibuat dalam negeri,” ujar Luhut.
Menurutnya perputaran yang di Industri kesehatan Indonesia saat ini sangat besar yaitu mencapai Rp 490 triliun. Namun sayangnya, barang-barang di industri kesehatan masih banyak yang impor.