News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pandemi Covid-19 Dinilai Jadi Faktor Penghambat Pengurangan Buta Aksara di Tanah Air

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SATGAS PAMTAS 431/SSP AJARKAN BACA TULIS WARGA DI PAPUA - (Puspen TNI. Kamis, 14 April 2016). Prajurit TNI dari Batalyon Infanteri Lintas Udara 431/Satria Setia Perkasa (SSP) Maros, Sulawesi Selatan yang tengah melaksanakan tugas sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) di wilayah RI-PNG, mengajarkan baca tulis dalam rangka memberantas Buta Aksara bagi warga di Kampung AMD, Distrik Arso Timur, Kab. Keerom, Papua, khususnya bagi para orang tua yang belum bisa membaca dan menulis. TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jumeri mengatakan bahwa tingkat buta aksara hanya turun sedikit pada tahun 2020.

Dimana pada tahun 2019, angka buta aksara di Indonesia mencapai 3.081.136 jiwa atau 1,78 persen.

Angka itu menurun pada tahun 2020 menjadi 2.961.060 jiwa atau 1,71 persen.

Menurut Jumeri, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam mengurangi tingkat buta aksara.

Pasalnya, selama pandemi, interaksi secara langsung tidak dapat dimungkinkan.

Baca juga: Pemerintah Sudah Amankan 218 Juta Dosis Vaksin Covid-19

Hal itu disampaikan Jumeri dalam Taklimat Media memperingati Hari Aksara Internasional ke-56 melalui virtual, Sabtu (4/9/2021).

"Memang di 6 provinsi ini masih banyak buta aksara yang di masyatakat. Tadi apa hambatannya, jadi saat ini tentu dalam dua tahun ini kita mengalami pandemi Covid-19 jadi bentuk-bentuk interaksi yang langsung dan biasanya kalau untuk kelompok yang blm bisa baca sama sekalikan, belum tentu bisa platform lain ya," kata Jumeri.

Selian itu, kata Jumeri, faktor fasilitas yang terbatas dalam teknologi juga menjadi faktor penghambat dalam mengurangi interaksi dalam memberikan pelajaran.

"Kita harus tatap muka, temu muka untuk mengajarkan buta aksara awal ini," tambahnya.

Lalu, faktor penghambat lainnya yakni faktor keamanan daerah tersebut. Karena, masih banyak daerah bulum bisa dijangkau oleh tim untuk bisa masuk mengajar masyarakat di daerah tersebut.

Meski demikian, Jumeri mengatakan bahwa sejumlah upaya akan tetap dilakukan oleh Kementeriannya.

Termasuk, kolaborasi dengan Kementerian Desa PDTT soal pengelolaan dana desa yang bisa dimanfaatkan untuk pendidikan.

"Kalau mungkkn satuan formal di wilayah itu sudah memadahi, mencukupi, tentu mestinya bisa dipakai juga untuk menggerakan angka keaksaraan bisa tersebut. Bisa kita manfaatkan," ucapnya.

Jumeri juga mengatakan, jejaring kelompok swadaya masyarakat di daerah juga bisa digerakan. Tentunya, dengan inovasi komunikasi melalui digital.

"Kita berkomunikasi dengan Satgas keaksaraan di wilayah untuk terus bersemangat dan kita pasok bahan-bahan lewat digital untuk bisa digunakan," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini