"Karena bagi mereka, Taliban masih mau bekerja sama dengan orang-orang kafir seperti Cina dan Rusia, dan mereka dianggap lokal dari sisi perjuangan."
"Beda dari ISIS yang lebih mendunia-global ummah," jelasnya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan Taliban bukan kelompok militan yang solid.
Sebab, ada beberapa faksi di dalam Taliban yang kini berkuasa.
"Taliban juga belum bisa menguasai seluruh wilayah Afganistan."
"Artinya, beberapa jaringan liar teroris masih bisa berkeliaran, dan di sinilah yang harus negara waspadai."
"Dilepaskannya ribuan tahanan yang terkait jaringan teror yang perlu dilihat juga."
"Ingat bahwa Al Baghdadi, pendiri ISIS, itu dulu juga mantan tahanan yang dibebaskan," papar Huda.
Atas dasar itu, Huda mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati terkait dengan gerakan JI di Indonesia.
Sebab, beberapa faksi Taliban diketahui memang memiliki hubungan dengan JI.
"Ya terjadinya hubungan antara komponen JI dengan Taliban yang faksi pro Alqaeda."
"Yang jelas yang berkuasa hari ini tidak pro Alqaeda."
"Tapi beberapa faksi kecil mereka ada yang pro Alqaeda," terangnya.
Sementara, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengaku belum mendapatkan informasi terkait kemungkinan adanya simpatisan Taliban di Indonesia.