Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Amnesty International Indonesia mendesak negara mengusut tuntas kematian perawat Gabriella Meilani Moningka di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Deputi Direktur Amnesty International Indonesia Wirya Adiwena mengungkapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Gabriella yang diduga jatuh ke jurang saat berusaha menyelamatkan diri dari serangan kelompok bersenjata.
Baca juga: Seorang Nakes Gugur Diserang KKB, Puan Minta TNI Tumpas KKB: Ini Kekerasan Paling Biadab
Di tengah pandemi COVID-19, kata Wirya, hilangnya satu nyawa nakes sangat memengaruhi pelayanan kesehatan di wilayah setempat.
Wirya mengatakan Amnesty juga sangat menyesalkan dan mengecam keras terjadinya insiden yang membuat perawat Gabriella terpaksa lari dan menyelamatkan diri.
Serangan, penyiksaan, dan perbuatan yang merendahkan martabat manusia apapun, apalagi sampai yang mengarah ke pembunuhan di luar hukum, kata dia, tidak bisa dibenarkan.
Baca juga: Tenaga Kesehatan Gugur oleh KKB, Anggota Komisi III Minta TNI-Polri Tumpas Kelompok Teroris di Papua
Ia menegaskan bahwa hak untuk hidup adalah hak fundamental.
“Kami mendesak negara untuk segera mengusut tuntas kematian perawat Gabriella. Semua pelaku pelanggaran HAM, baik aparat keamanan, kelompok bersenjata, maupun warga biasa yang terbukti melanggar HAM harus diadili secara terbuka, efektif, dan independen di pengadilan sipil," kata Wirya dalam keterangan resmi Amnesty International Indonesia pada Minggu (19/9/2021).
Ia menilai tragedi tersebut seharusnya menjadi pengingat bagi Presiden Joko Widodo untuk mengevaluasi pendekatan keamanan yang selama ini dipraktekkan dalam menyelesaikan konflik di Papua.
Baca juga: TNI Tembak Mati Komandan Operasi KKB Elly Bidana di Pegunungan Bintang Papua
Selain itu, kata dia, untuk mencegah siklus kekerasan yang terus berulang di Papua negara harus segera mengakhiri impunitas yang selama ini terjadi.
Direktur Amnesty International Usman Hamid menambahkan situasi Papua yang terus menerus diwarnai kekerasan tidak lepas dari rendahnya perhatian elite-elite politik Jakarta dalam memastikan penegakan hukum berjalan adil bagi semua pihak.
“Setiap kali ada kekerasan, setiap itu pula kita melihat negara gagal untuk melakukan investigasi secara fair dan menyeluruh, apalagi menuntut pelakunya ke pengadilan umum," kata Usman.