TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemuka agama dianggap sebagai opinion leader di era digital saat ini.
Banyak da’i kini memanfaatkan platform media sosial seperti Youtube dan Tik-Tok untuk berdakwah.
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto mengatakan media sosial menjadikan da’i sebagai influencer yang paling berpengaruh bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kyai-Kyai selama ini menjadi influencer, minimal di tingkat lokal, di masjid, di pesantren. Nah kini berkembang di konten-konten media sosial, di berbagai forum-forum yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat,” ujar Henri dalam Webinar Sabtu (18/9/2021).
Henri mengambil contoh dampak besar dari pengaruh da’i yaitu dalam sosialisasi vaksin Covid-19.
Sedari awal, program vaksinasi banyak mendapat penolakan di kalangan masyarakat, terutama masyarakat dari kelompok tradisional.
Baca juga: Indonesia Masuk Daftar Negara Terbaik Tangani Covid-19 di Dunia, Begini Tanggapan Epidemiologi
Saat itu bahkan masih banyak masyarakat tidak percaya adanya keberadaan virus Covid-19.
Gelombang penolakan masyarakat perlahan surut, salah satunya berkat peran da’i yang terus mengajak masyarakat untuk vaksin agar tercapai herd immunity sehingga kini perlahan keadaan Indonesia semakin baik menghadapi pandemi.
Indonesia, disebut Henri sudah masuk ke dalam warna biru peta dunia, dalam konteks penularan Covid-19, setelah sebelumnya sempat mengalami fase darurat.
“John Hopkins University di Amerika merilis, Indonesia sekarang petanya sudah warna biru karena sudah mengalami penurunan yang luar biasa setelah sebelumnya penularan di Indonesia sangat tinggi, bahkan pernah kita menjadi nomor satu di dunia dari sisi penularan dan juga dari korban-korban yang jatuh,” terang Henri.
Baca juga: Finlandia Laporkan Kasus Pertama Covid-19 Varian Mu, Kini Sudah Ada di 40 Negara
Senada dengan Henri, Ketua MUI Bidang Dakwah, KH Cholil Nafis menilai peran da’i mengajak masyarakat untuk berfikir rasional, tidak sekadar menganggap pandemi adalah azab semata.
“Ada banyak mungkin yang berfikir bahwa pandemi itu malapetaka, azab semata. Oleh karenanya tidak mau berbuat apa-apa. Ini yang coba kita ajak berfikir rasional, agar menghadapi ketentuan Allah itu dengan ikhtiar, salah satunya dengan menerapkan protokol Kesehatan dan vaksin,” ujarnya.