Kematiannya diakibatkan tertembak pada bagian kepalanya saat sedang berdoa yang dilakukan oleh pasukan Tjakrabirawa di rumahnya Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo lahir di Karanganyar pada 28 Agustus 1922.
Karir militer diawali ketikda diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto pada Juni 1946.
Sebelum meninggal akibat peristiwa G30S, dirinya menjadi seorang hakim advokat di Angkatan Darat pada 1961.
Wafatnya membuat ia dipromosikan secara anumerta dan menjadi Mayor Jenderal dan dinobatkan sebagai Pahlawan Revolusi.
7. Kapten Pierre Andreas Tendean
Di antara jenderal lainnya yang terbunuh, Pierre Tendean merupakan yang paling muda.
Ia lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939.
Dirinya merupakan ajudan dari Jenderal AH Nasution.
Pada saat peristiwa berdarah G30S PKI tersebut, ia rela menjadi tameng bagi AH Nasution sehingga tidak tertembak.
Karena jasa Pierre Tendean, AH Nasution dapat melarikan diri ke Kedutaan Besar Irak yang berlokasi di sebelah rumahnya.
Pierre pun ditembak dan dibuang di lokasi yang sama seperti jenderal lainnya.
Dia pun dianugerahi kenaikan pangkat menjadi Kapten secara Anumerta pada 5 Oktober 1965.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)