Yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan.
PKI menyiarkan pengumuman melalui RRI tentang gerakan 30 September yang ditujukan untuk para perwira tinggi anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.
Selain itu, diumumkan juga terbentuknya Dewan Revolusi yang diketuai letkol Untung Sutopo.
6 Oktober Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan persatuan nasional, yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dengan para korbannya, dan penghentian kekerasan.
Biro Politik Komite Sentral PKI menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung pemimpin revolusi Indonesia dan tidak melawan angkatan bersenjata.
Pernyataan itu dicetak ulang di koran CPA bernama “Tribune”.
Baca juga: Sejarah Lahirnya Pancasila, Simak 3 Tokoh yang Merumuskan Dasar Negara
Baca juga: Contoh Pengamalan Sila ke-5 Pancasila di Kehidupan Sehari-hari, Beserta Nilai-nilai Pancasila
16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara.
11 Maret 1966, Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui surat perintah Sebelas Maret.
Soekarno memerintahkan Soeharto untuk mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan ketenangan dan melindungi keamanan pribadi dan wibawanya.
Kekuatan ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang PKI.
Soekarno dipertahankan sebagai Presiden Tituler Dikattur Militer sampai Maret 1967.
30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pada masa pemerintahan Soeharto, film mengenai kejadian G30S ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia.
Selain itu, dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dengan dilanjutkan tabur bunga di makan para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.
Tahun ini, sejumlah televisi nasional dikabarkan akan menayangkan film G30S.
(Tribunnews.com/Devi Rahma) (Grid.id)
Artikel Lain Terkait Hari Kesaktian Pancasila