Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Rahmad Handoyo mengaku miris dengan meningkatnya kasus Covid-19 pada anak usai diterapkannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Padahal, Rahmad mengaku sudah mewanti-wanti agar lebih berhati-hati agar kejadian ini tidak terjadi.
"Ya saya sudah ngingatin kalau sekolah saat tatap muka itu bisa menjadi salah satu tempat untuk penularan yang lebih masif seperti klaster," kata Rahmad kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/9/2021).
"Nah ini Kementerian Pendidikan akhirnya mengumumkan jika ada 1.300 klaster sekolah kan, jadi terbukti omongan saya," kata Rahmad menambahkan.
Baca juga: Tiga Minggu PTM, 25 Pelajar SMP Kota Tangerang Terpapar Covid-19
Kendati demikian, Rahmad mengaku jika dirinya tidak juga melarang pelaksanaan PTM.
Namun dia minta pelaksaannya lebih mengedepankan kewaspadaan dan kehati-hatian.
Menurutnya, hal itu bisa dilakukan dengan melaksanakan test random kepada siswa pelajar yang melakukan PTM ini.
"Mungkin dua minggu sekali, siswa yang ikut dalam PTM bisa dilakukan random test. Jadi misalnya yang sekolah ada 50, ya yang 10 orang di random test untuk tahu apakah terjangkit covid atau tidak. Ketika ketahuan ya tutup sementara," ujar Rahmad.
Selain itu, Rahmad meminta agar kanalisasi dan mitigasi tetap dilakukan dengan serius agar kasus klaster covid sekolah tidak terjadi dan tidak menjadi besar.
"Jadi dilihat sumber-sumber potensi terjangkitnya Covid. Seperti ketika pulang sekolah, ketika istirahat di sekolah dan titik berkerumun. Jadi bagaimana agar para pendidik tuh bisa bisa mengawasi dan bisa mengedukasi agar segera pulang jangan berkerumun," pungkasnya.