Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan 20.000 kampung iklim tersebar di seluruh Indonesia di tahun 2024.
Pasalnya, ancaman perubahan iklim perlu diwaspadai karena imbasnya dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia,
“KLHK berharap, hingga tahun 2024 akan terbentuk sebanyak 20.000 kampung iklim di seluruh Indonesia,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya di HUT ke-75 Organisasi Perwita Wana Kencana secara virtual, Rabu (29/9/2021).
Perubahan iklim dapat meningkatnya kejadian bencana akibat iklim ekstrim seperti banjir, longsor, rob, badai dan mengancam kawasan pesisir dan tenggelamnya wilayah pulau-pulau kecil akibat kenaikan muka air laut.
Perubahan iklim juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti meningkatnya penyakit terkait iklim, DBD, Malaria, Diare, dan timbulnya jenis penyakit baru.
Perubahan iklim juga menimbulkan kerusakan infrastruktur akibat iklim ekstrim.
Baca juga: Cegah Bencana, Ini Pentingnya Peran Perempuan Peduli Perubahan Iklim
Peningkatan kejadian gagal panen, penurunan produktivitas ternak, tanaman perkebunan dan tanaman semusim, serta gangguan mata pencaharian masyarakat khususnya pertanian, nelayan juga merupakan dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim juga menimbulkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem.
Seperti gangguan ekosistem darat, air tawar dan laut, perubahan sebaran geografis species, aktivitas musiman, pola migrasi, ketersediaan, dan interaksi antar spesies, invasive species.
Siti mengatakan peran perempuan diharapkan menjadi pelopor dan menjadikan isu perubahan iklim dari permasalahan menjadi peluang.
Salah satunya melalui Program Kampung Iklim (Proklim) yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengendalian perubahan iklim.
Peran perempuan dapat dimulai dalam komunitas masyarakat di tingkat RT/RW misalnya.
Baca juga: SDM yang Kuasai Teknologi Dibutuhkan untuk Ciptakan Ekosistem Digital
“Pada tingkat tapak dan terdepan, para Ibu dalam kelompok dapat mendorong inisiasi pembentukan kelompok masyarakat Program Kampung Iklim,” ujar Menteri LHK Siti Nurbaya.
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh kaum wanita pada Proklim, seperti tanam pohon dan pertanian agroforestry.
Peran ibu-ibu juga dapat dilakukan dalam daur ulang sampah dari rumah untuk membantu mengurangi pencemaran dan juga membangun sirkuler ekonomi.
Kegiatan-kegiatan seperti itu termasuk dalam upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
“Tentunya target yang besar ini memerlukan dukungan dari semua pihak, khususnya kaum wanita,” ujarnya.