"Karena keduanya bisa mewakili kelompok nasionalis-religius," ucapnya.
Pelaksanaan Pilpres yang bersamaan dengan Pemilu legislatif (Pileg) 2024, diyakini akan mempengaruhi perolehan kursi parlemen, karena adanya efek ekor jas (coat-tail effect).
Sehingga hampir bisa dipastikan, masing-masing partai koalisi akan berebut memaksakan kadernya menjadi Capres atau Cawapres.
Meski demikian, Surokim memprediksi, hanya akan ada tiga pasangan Capres-Cawapres yang berlaga di Pilpres 2024 mendatang.
"Induk dari poros koalisi itu adalah PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar. Ketiga partai ini memiliki tradisi memimpin koalisi dan ikut kontestasi kepemimpinan nasional," ujarnya.
Bila Gerindra berkoalisi dengan PDI Perjuangan, sebagaimana wacana yang selama ini berkembang, maka poros ketiga akan dipimpin oleh Partai Demokrat.
"Kita harapkan tetap tiga pasang. Sebab kalau hanya dua pasang, itu tidak menarik. Tidak sehat. Dan dapat menyebabkan polarisasi massa yang bisa memecah belah bangsa," ujarnya.
Lebih lanjut, Surokim mengatakan, Partai Golkar sebagai induk koalisi dan sangat berpengalaman di politik, memiliki peranan besar dalam membangun koalisi.
"Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar harus bisa memaksimalkan peluang ini. Golkar harus jadi leader, jangan jadi follower," pungkasnya.
Diketahui, Airlangga Hartarto bertemu Muhaimin Iskandar di kawasan SCBD Jakart pada Sabtu (25/9/2021) lalu.
Seusai pertemuan, saat ditanya apakah giat tersebut merupakan penjajakan koalisi menuju 2024, Airlangga dan Muhaimin tak menampik.
"Kita biasa lari pagi, kan kita bertetangga. (Koalisi) Yang sehat-sehat harus dibangun bersama," kata Airlangga sembari melirik Muhaimin, Sabtu (25/9/2021).
Airlangga menambahkan, kebersamaan dengan pria yang akrab disapa Gus Ami itu bukanlah hal baru. Selain bersama sebagai pendukung Jokowi, keduanya juga saling bersinergi baik di eksekutif maupun legislatif.