TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama dua tokoh mencuat dalam kontestasi calon ketua umum yang akan dipilih pada Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama.
Figur tersebut, adalah petahana Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj dan KH Yahya Cholil Staquf.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai dalam konteks keorganisasian dan keumatan, kedua sosok tersebut memiliki kualitas yang sama baik.
"PBNU sejauh ini punya tradisi kepemimpinan intelektual, Kiai Said dan Kiai Yahya Staquf miliki syarat utama itu, sehingga cukup mudah memilih karena siapapun yang akan memimpin PBNU kualitas keorganisasian maupun keummatan setara, sama baiknya," ujar Dedi kepada Tribunnews.com, Senin (11/10/2021).
Meski begitu, Dedi menilai keduanya memiliki perbedaan dalam aspek relasi.
Dedi menilai Yahya Staquf lebih luas dalam relasi dunia internasional. Serta akrab dengan dunia barat dan timur.
Sementara Said Aqil, cenderung dominan dengan pemikiran terbuka terhadap kondisi nahdliyin tradisional.
Baca juga: Momentum Muktamar NU Ajang untuk Mempersatukan, Bukan Membelah
"Sekarang, pilihan ada pada keinginan apakah PBNU akan dibawa ke dunia tradisional sebagaimana sekarang masih berlaku, atau mengharap ada perubahan corak politik keorganisasiannya, jika pilihan kedua rasanya Yahya Staquf jauh lebih potensial," tutur Dedi.
Selain kedua figur tersebut, Dedi memungkinkan adanya tokoh kuda hitam ini dari kalangan muda NU.
"Tentu kelompok muda miliki pengaruh yang juga cukup besar di PBNU," ungkap Dedi.
"Meskipun karakter intelektual itu harus tetap ada, jika harus menunjuk nama, Gus Baha, Taj Yasin, atau Syaifullah Yusuf, masuk kategori tokoh muda NU yang layak dipertimbangkan pemilik suara," pungkas Dedi.