News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Stafsus BPIP: Mata Ajar Pendidikan Pancasila Persempit Ruang Gerak Terorisme

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo saat menjadi pembicara dalam Podcast yang bertema Harmoni Kebangsaan Dalam Kebhinnekaan, Senin (16/8/2021).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo menegaskan mata ajar pendidikan Ideologi Pancasila diyakini akan persempit ruang gerak aksi terorisme.

Masih banyaknya ancaman terhadap ideologi Negara (Pancasila) perlu ada upaya dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, tokoh pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, ormas dan lainnya untuk membentenginya.

Menurut budayawan itu, salah satunya adalah mempererat ideologi Pancasila dengan menerapkan kembali mata ajar Pancasila dari mulai dari Pendidilan Anak Usia Dini (PAUD), Pondok Pesantren sampai dengan Perguruan Tinggi.

"Pancasila dijadikan ideologi bagi semua masyarakat dan semua organisasi di Indonesia, di luar itu berarti mereka tidak berhak ke Indonesia," kata Romo Benny saat menjadi narasumber di Rumah Kebudayaan Nusantara pada Selasa, (12/10/2021).

Ia juga menyebut terorisme merupakan pembajak agama, sehingga semua agama tidak membenarkan dengan aksi terorisme yang ingin mengoyak ideologi Pancasila.

Baca juga: Salim Segaf: Ulama Garda Terdepan Mempertahankan Pancasila dan Melawan Komunisme

Benny mendorong kepada seluruh masyarakat untuk tidak memberikan ruang kosong dan taksir yang berbeda, karena hal itu akan memberikan peluang eksistensi.

"Masyarakat juga harus lebih kritis dan selektif sehingga tidak diberikan peluang di ruang publik," jelasnya.

"Terorisme isu global, isu kemanusiaan dan isu musuh agama dan semua negara itu sadar betul terorisme bisa menghancurkan peradaban dunia saat ini," tambah Benny.

Menurutnya, terorisme terjadi karena kepentingan politik pragmatis sesaat dan kerap kali karena orang membiarkan seolah-olah terorisme hanya bikinan padahal sebenarnya bahwa terorisme suatu cara yang membangun budaya kematian dan itu yang dipercaya.

"Terorisme itu terjadi karena mengambil ayat sepotong-sepotong sehingga terorisme itu terjadi karena populasi ajaran agama untuk membenarkan cara-cara mereka yang menggunakan kekerasan penggulingan suatu negara dengan alasan hanya untuk misi kekuasaan dan selalu dikaitkan dengan politik politik untuk menjatuhkan sebuah tatanan kehidupan," paparnya.

Ia pun berharap 15 buku teks yang berisi tentang Ideologi Pancasila segera mendapatkan restu Presiden dan diaplikasikan di dunia pendidikan. Dirinya juga mendorong masyarakat untuk mendukungnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini