TRIBUNNEWS.COM - Deputi Penindakan dan Eksekusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Karyoto memberi tanggapan soal dugaan ada orang dalam alias bekingan eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin di dalam internal KPK.
Karyoto pun menegaskan bahwa dugaan tersebut tidak lah benar.
Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan sejak awal soal adanya bekingan Azis itu.
"Di tahap sebelum teman-teman masuk TWK itu, sudah memeriksa. Nama-nama di situ tidak ada."
"Yang dikatakan Novel (Baswedan) itu ada tujuh kalau enggak salah. Itu siapa aja? enggak ada," jelas Karyoto dalam konferensi persnya, dikutip dari kanal YouTube KPK, Jumat (15/10/2021).
Baca juga: Pakai Rompi Oranye KPK Umumkan Akbar Tandaniria Adik Eks Bupati Lampura Sebagai Tersangka
Diketahui, mantan penyidik senior KPK Novel Baswedan sempat mengaku tahu adanya 8 orang bekingan Azis di KPK.
Untuk itu, Karyoto meminta Novel untuk memberikan alat bukti valid siapa orang dalam yang dimilii Azis.
"Sehingga kalau Novel mau ini seharusnya dari awal buktinya apa? Kami sempat bertanya yang mana? Siapa?" ucap dia.
"Makanya saya enggak tahu ini hanya untuk meramaikan atau apa, tapi kalau punya bukti silahkan saja serahkan pada kami. Kami dengan senang hati akan mempelajari," tambah dia.
Baca juga: KPK dan Kementerian ATR/BPN Sepakat Tutup Celah Korupsi Sektor Pertanahan
Sebelumnya, Azis Syamsuddin juga membantah terkait dugaan dirinya memiliki orang dalam di internal KPK.
Azis mengaku dia hanya mengenal eks penyidik KPK, Stepanus Robin Pattuju yang selama ini membantunya.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt Juru Bicara KPK, Ali Fikri setelah Azis diperiksa sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap penanganan perkara tindak pidana korupsi di Kabupaten Lampung Tengah.
"Tim dari KPK juga mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan terkait dengan adanya informasi dugaan orang dalam KPK yang membantu tersangka AZ ini."
"Di hadapan penyidik tersangka AZ menerangkan bahwa tidak ada pihak lain yang membantu yang bersangkutan selain dari SRP yang saat ini perkaranya sedang proses persidangan di pengadilan," kata Ali Fikri, diberitakan Tribunnews sebelumnya, Selasa (12/10/2021).
Meskipun begitu, KPK tetap berkomitmen untuk menggali info 'orang dalam' Azis Syamsuddin lebih lanjut.
Novel Baswedan: Saya Tahu Betul Ada yang Ditutupi
Sementara itu, eks Penyidik Senior KPK Novel Baswedan meyakini penyidik Stepanus Robin Pattuju tidak mungkin bekerja sendiri dalam penanganan perkara di KPK.
Novel pun menilai, tidak logis jika ada pegawai baru yang bisa menangani perkara dan menerima uang sebesar Rp 11 miliar.
"Saya yakin Robin tidak bekerja sendiri. Apakah bisa pegawai baru kemudian main perkara terus terima uang Rp 11 miliar, enggak logis ya," kata Novel dilansir Kompas.com, Selasa (12/10/2021).
Novel pun menegaskan pernyataannya ini ia ungkapkan bukan sebagai orang awam, melainkan sebagai orang yang turut mengusut perkara tersebut.
Bahkan, Novel juga telah melaporkan ke Dewan Pengawas KPK.
Namun, menurut Novel, Dewas KPK tidak merespons laporannya.
"Saya bicara seperti ini bukan sebagai orang awam, tapi sebagai orang yang ikut mengusut perkara itu dan telah melaporkan kepada Dewan Pengawas KPK, saya ceritakan kepada mereka dan mereka tidak merespons," terang Novel.
Novel menyebut, dirinya ialah Kepala Satuan Tugas Penyidikan yang membongkar kasus dugaan suap yang melibatkan Robin.
Baca juga: IM57+ Institute Sambut Gagasan Sejumlah Eks Pegawai KPK yang Dipecat, Bangun Partai Politik
Atas dasar itulah, Novel kemudian menduga ada banyak hal yang ditutup-tutupi KPK terkait dengan kasus tersebut.
"Ini yang harus dipahami terkait dengan hal itu, saya ingin memberitahukan bahwa saya adalah salah seorang Kasatgas penyidikan yang pertama kali mengungkap kasus itu," ucap Novel.
"Saya tahu betul ada banyak yang ditutup-tutupi, saya tahu betul ada bukti-bukti yang tidak diungkap justru malah dihilangkan," ungkap Novel.
Menurut Novel, jika memang serius dalam menangani kasus ini, Dewas KPK seharusnya bisa mengusut orang-orang yang menghilangkan barang bukti tersebut tanpa perlu menunggu ladanya laporan secara resmi.
(Tribunnews.com/ Shella Latifa/Faryyanida Putwiliani)(Kompas.com/Irfan Kamil)