TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 17 duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (dubes LBBP) resmi dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta pada hari ini, Senin (25/10/2021).
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, pengangkatan dubes LBBP ini tlah tertuang dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 127/P Tahun 2021 tentang Pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia.
Salah satu dubes yang dilantik adalah Jubir Presiden, Fadjroel Rachman.
Fadjroel kini telah resmi menjadi Duta Besar untuk Republik Kazakhstan dan Tajikistan.
Lantas siapakah sebenarnya sosok Fadjroel Rachman ini?
Berikut profil Fadjroel Rachman yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.
Baca juga: Jokowi akan Lantik Fadjroel Rachman Sebagai Dubes Kazakhstan di Istana Negara
Profil Fadjroel Rachman
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Fadjroel Rachman lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 17 Januari 1964.
Fadjroel menempuh pendidikan S1 di Institut Teknologi Bandung dan mengambil jurusan Kimia.
Kemudian untuk pendidikan S2 dan S3, Fadjroel mengambil program Manajemen Keuangan dan Moneter di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sebelum dilantik sebagai Duta Besar, Fadjroel ditunjuk sebagai Juru Bicara Presiden Jokowi sejak 22 Oktober 2019.
Baca juga: Fadjroel Rachman Jalani Fit And Proper Test Calon Dubes di Komisi I DPR Hari Ini
Padahal saat itu, Fadjroel masih menjabat sebagai Komisaris Utama PT Adhi Karya.
Delapan bulah setelahnya, Fadjroel kemudian ditunjuk sebagai Komisaris OT Waskita Karya.
Penunjukan Fadjroel sebagai Komisaris tersebut berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang digelar pada 5 Juni 2020.
Baca juga: Fadjroel Sebut Tugas Dubes Sebagai Anugerah, Pengamat: Itu Hanya Pilihan Diksi Saja
Mantan Aktivis dan Pernah Nyapres
Diketahui Fadjroel merupakan aktivis 1998 yang pernah ikut dalam demonstrasi penurunan Presiden Soeharto.
Bahkan Fadjroel juga pernah ikut merasakan penjara pada era Orde Baru.
Satu di antara aksi Fadjroel yang mengkritik Orde Baru adalah Gerakan Lima Agustus ITB (1989).
Tak hanya itu, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ia juga dikenal kerap mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah.
Dilansir Kompas.com, pada saat kontestasi Pilpres 2009, pria asal Banjarmasin ini sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) independen, menantang calon-calon yang diusung partai politik.
Namun sayang, langkahnya harus kandas karena uji materi terkait calon presiden dari jalur independen ditolak di Mahkamah Konstritusi (MK).
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Taufik Ismail/Pravitri Retno Widyastuti)(Kompas.com/Dani Prabowo/Muhammad Idris)