Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Sumpah Pemuda yang diperingati pada 28 Oktober 2021, seakan menjadi momentum penting bagi generasi muda untuk meningkatkan semangat dan rasa cinta tanah air.
Salah satunya dengan membangkitkan kesadaran tinggi dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, khususnya ekosistem gambut dan mangrove.
Ekosistem gambut dan mangrove sangat berkontribusi besar dalam perubahan iklim dunia, di mana mangrove bisa menyimpan karbon 4-5 kali lipat lebih baik dari pada hutan daratan.
Gambut menyimpan cadangan karbon dunia sebesar 30 persen.
Oleh karena itu, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengajak generasi muda untuk ikut terlibat dalam menjaga lingkungan.
Baca juga: Lahan Gambut Dapat Dimanfaatkan untuk Produksi Pangan Ramah Lingkungan
“Generasi muda itu aktif dan energik, namun memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Ini menjadi tantangan bagi kita bagaimana mengedukasi agar melek teknologi dan pengetahuan terkait pentingnya restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove," kata Kasubpokja Pengelolaan dan Pengetahuan dan Dukungan Masyarakat (BRGM )) Yuyus Afrianto dalam keterangannya, Kamis (28/10/2021).
“BRGM punya program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dan Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM) yang bekerja hingga di tingkat tapak. Nah, kita tempatkan fasilitator desa dan pendamping desa yang berusia muda, kebanyakan berusia 25-30 tahun,” tambahnya.
Program-program pelatihan yang dilakukan BRGM pun kini sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di Kalimantan Tengah.
“Kami terima kasih kepada BRGM, karena setelah adanya pelatihan dan pemahaman tentang pentingnya gambut, maka pemuda dan pemudi di sini mulai peduli merawat gambut. Dulu sebelum adanya BRGM, gambut di desa saya bisa dikatakan sudah menipis, tapi sekarang banyak lahan terkelola, tertanam, terawat dan pastinya bisa mengolah lahan kosong menjadi bermanfaat,” ungkap Iwan selaku Ketua Kelompok Berkah Bersama, Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah.
Sementara itu, Rudi Hartono selaku Perwakilan Kelompok Masyarakat (Pokmas) Rehabilitasi Mangrove di Kalimantan Barat mengatakan, pelatihan yang dilakukan BRGM turut membantu perekonomian warga.
Baca juga: Cegah Pembakaran Lahan, Metode Demplot Paludikultur Diterapkan di Lahan Gambut Kalteng
“Dari pelatihan BRGM, kami diajarkan buat polibag ramah lingkungan yang terbuat dari anyaman berbahan daun nipah dan bukan dari plastik lagi. Lidi nipah juga bisa dibuat wadah makan sehingga ini bisa menambah perekonomian warga, khususnya para ibu-ibu,” ungkap Rudi.
Dalam memperingati Sumpah Pemuda, BRGM juga membuat kompetisi karya ilmiah populer dengan memberikan kesempatan kepada generasi muda yang hidup di desa gambut dan desa mangrove untuk bercerita.
Pasalnya, banyak pencapaian di 7 provinsi restorasi gambut dan 9 provinsi rehabilitasi mangrove yang belum diketahui masyarakat.
Kompetisi karya ilmiah ini pun seakan menggerakan semangat anak bangsa dalam menjaga gambut dan mangrove di Tanah Air.
“Dulu saya sempat negative thinking dengan lahan gambut, tapi akhirnya saya mulai tertarik dan menulis karya ilmiah. Dari situ saya justru mengetahui ternyata gambut itu ekosistemnya kaya, Riau punya lahan gambut justru sebuah berkah,” cerita Reva Dina Asri, Mahasiswi Universitas Riau yang juga menjadi salah satu perserta kompetisi kajian ilmiah BRGM.
Pernyataan serupa juga disampaikan Robbi Setiawan, Mahasiswa Universitas Sriwijaya, yang mengatakan anak muda perlu terlibat dari sekarang karena kita adalah pemimpin masa depan.
Menurutnya, restorasi gambut dan mangrove bukanlah tanggung jawab BRGM saja melainkan tanggung jawab bersama, masyarakat mempunyai peran penting di dalamnya.