TAK ingin mengulangi kesalahan adanya anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dicokok KPK karena terjerat kasus suap dan korupsi, panitia seleksi (Pansel) calon anggota KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) periode 2022-2027 berusaha menjaring calon-calon yang mampu bekerja dengan dan benar, bisa menyelenggarakan pemilu secara berkualitas dan demokratis, dan terutama memiliki integritas.
Integritas bahkan menjadi syarat nomor 1 dari calon yang akan dijaring.
Wakil Ketua Pansel Calon Anggota KPU-Bawaslu periode 2022-2027, Chandra M Hamzah mengatakan, anggota KPU dan Bawaslu berintegritas karena kelak saat bekerja akan banyak pihak yang mencoba 'menggoda' mereka.
Lantas apa yang akan dilakukan Pansel menjaring calon yang memiliki integritas dan tidak bisa 'digoda' itu?
Berikut penuturan Chandra M Hamzah kepada tim Tribun Network dalam wawancara eksklusif di kantornya di bilangan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (1/11/2021):
Pansel mencari calon anggota KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas. Dari sederet kriteria yang sudah ditetapkan, integritas ini berada di posisi berapa?
Integritas itu nomor 1. Mengapa? Pertama alasannya bahwa KPU ini adalah penyelenggara pemilihan umum yang akan menyelenggarakan pilpres dan pileg. Itu semua terkait kekuasaan.
Di Pilpres, calon yang menang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Di pileg partai yang menang juga akan menjadi pemegang kekuasaan.
Baca juga: Anggota Komisi II DPR RI Minta Timsel KPU-Bawaslu Kerja Secara Profesional dan Transparan
Kita tahu kekuasaan itu sangat menggoda. Semua partai peserta pemilu akan berupaya secara maksimal. Nah, jangan sampai mereka (anggota KPU, red) ini tergoda.
Mungkin ada oknum-oknum yang ingin memaksimalkan kekayaannya, kemudian mencoba menggoda KPU dan Bawaslu.
Ini magnitudenya besar banget. Pemilu gitu ya akan berkuasa 5 tahun ke depan. Jadi kalau anggota KPU dan Bawaslu itu sudah punya integritas, mudah-mudahan dia tidak akan terpengaruh dengan segala jenis godaan.
Apa yang akan dilakukan Pansel untuk mengetahui calon itu berintegritas atau tidak?
Kami lihat track recordnya. Kami akan cek kepribadiannya, potensinya, segala macam kami akan cek. Itu nomer satu lah yang enggak bisa ditawar.
Jadi bekerja supaya pemilu sukses menghasilkan pemimpin yang baik, pemilu berjalan dengan luber jurdil dan juga di dalamnya.
Apakah pansel punya tools untuk diterapkan, bahwa calon yang memiliki integritas itu seperti apa?
Begini. Integritas itu kan tidak bisa dinyatakan dalam satu lembar kertas. Kalau bisa dinyatakan dalam satu lembar kertas, maka seluruh orang pasti akan menulis kertasnya dan menyatakan dia berintegritas.
Jadi tidak bisa disebutkan dalam selembar kertas. Namun ada bab-bab atau kertas-kertas dari calon bersangkutan, yang kita sebut track record.
Baca juga: Timsel Bekerja Sama dengan Polri dan PPATK Telusuri Rekam Jejak Calon Anggota KPU-Bawaslu
Ini yang akan kami cari. Kami akan telusuri track recordnya dari teman-temannya, dari sahabatnya, tetangganya, dari siapapun.
Oleh karena itu nanti pada saat posisi calon anggota KPU itu tinggal 28 bakal orang, dan Bawaslu 20 bakal calon, kami akan ke masyarakat mencari tahu mengenai calon-calon tersebut.
Kami akan tanya siapa saja, tetangganya, temannya, teman sekantor, SD, SMP, SMA, kuliah, semua pihak. Supaya kami bisa melakukan maping, kira-kira dia ini orangnya seperti apa? Itu yang kita harapkan nanti.
Karena dari 28 itu akan kita peras nanti jadi 14, kita serahkan ke presiden untuk KPU, dari 20 kita peras 10 untuk Bawaslu ke presiden.
Apa lagi yang anda dilakukan pansel untuk mengetahui integritas tersebut?
Track record itu penting banget. Penting sekali. Nah, di samping itu secara keilmuan kebetulan di Pansel juga ada psikolog Prof Hamdi Muluk.
Maka dengan keilmuan beliau sebagai psikolog, kami akan melakukan asesmen, mengarahkan lembaga asesmen untuk memprofile calon ini punya kecenderungan apa. Secara keilmuan itu toolsnya ada lah.
Saya mengambil contoh setiap orang begitu dites dia punya kecenderungan jadi followers, dia punya kecenderungan bakal jadi trendsetter, itu sudah keliatan. Atau dia punya kecenderungan jadi medioker gitu.
Baca juga: Ketua Timsel: Jumlah Pendaftar Calon Anggota KPU Baru 38 Orang, Calon Anggota Bawaslu 28 Orang
Untuk unsur leadership tadi?
Untuk segalanya, untuk segalanya, itu bisa dilihat. Itu yang kami mau.
Pansel akan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menelusuri track record seorang calon. Nanti teknisnya seperti apa? Apakah akan dihubungkan lewat email atau surat atau apa?
Iya, kami umumkan di media, baik email website segala macam lah ya. Khususnya yang kami minta adalah pada posisi 28 bakal calon anggota KPU dan 20 bakal calon anggota Bawaslu.
Artinya sudah diproses, sudah lolos tes administrasi, sudah lolos tes makalah, dan di posisi itulah yang posisi kritikal. Karena di situ peran Pansel menjadi sangat tinggi sekali untuk pemilu.
Terkait track record, lembaga-lembaga lain kan punya data juga mengenai para calon itu, seperti Kepolisian, BNN, KPK, MA, dll. Apakah Pansel juga akan melibatkan mereka?
Ya, jadi kalau kita bicara track record dan orang punya banyak track record ya.
Kita akan lihat misalnya jejak kriminalnya dia, siapa yang bisa memprokeed kita datang untuk melihat jejak kriminal kan tentu saja di Undang-Undang dibilang enggak boleh dihukum dengan ancaman pidana 5 tahun, kita akan meminta bantuan dari kepolisian, Kejaksaan, KPK, dan Mahkamah Agung.
Kami akan meminta bantuan mereka, apakah calon ini ada jejak kriminalnya, termasuk jejak kasusnya dia kita minta di DKPP dan juga dari KPK.
Termasuk track jejak finansialnya dia, apakah punya utang enggak dibayar atau tidak, pernah dinyatakan pailit atau tidak, lengkap sekali.
Baca juga: Urgensi Kepastian Jadwal Pemilu 2024, Pengamat: KPU Lembaga Mandiri Tapi Ragu-ragu
Apalagi yang diprofile dari track record finansial?
Apakah calon itu pernah melakukan transaksi-transaksi yang mencurigakan atau tidak. Kita juga akan melakukan pemeriksaan ke PPATK terus juga deteksi ya, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mudah-mudahan PPATK bisa profile itu.
Termasuk jejak kriminal kami akan minta bantuan BNPT, BNN, dan lembaga lainnya.
Selanjutnya track record apa yang akan dilacak oleh Pansel?
Ada juga jejak digital. Misalnya ada calon yang oke dia secara finansial oke, jejak kriminal dia enggak ada masalah, tapi di dunia digital kalau bahasanya kan 'dia ngapain aja sih'. Jadi jejak digitalnya juga akan kita telusuri.
Kita mau lihat apa yang dia lakukan di dunia digital. Itu juga akan memotret sosok dia gitu persis. Terkadang jejak digital itu kejam ya, kita akan tracking jejak digital dia.
Itu sudah menjadi standar lah ya. Jadi kami coba tracking katakanlah jejak sosial dia, tetangganya, pergaulan dia di lingkungannya bagaimana.(tribun network/riz/dod)